Minggu, 10 Maret 2019

NHW#6 Menjadi Manajer Keluarga atau Mager

Bismillaah

Menjadi Manajer atau "Mager"





Waktu terbaik kita adalah hari ini, ketika kita akrab dengan rajutan harapan mentari esok hari dan lekat dengan kenangan senja kemarin (Viana Wahyu)


Setapak demi setapak perjalanan di Matriks ini akhirnya sampai di pos 6. Setelah belajar dengan dibantu ditunjukin cara bikin presentasi oleh mas suami (senengnyaa jadi berasa kuliah beneran). Terima kasih dukungannya ya 😍😙

Alhamdulillaah diberikan kesempatan gabung di IIP ini, berusaha menanamkan dalam hati bahwa kesempatan baru bisa belajar di IIP sekarang ini adalah yang terbaikkkk. Waktu terbaik. Tidak boleh menyesal kenapa tidak dari kemarin gabung sih ? Saya berusaha lagi-lagi mendamaikan hati bahwa bisa jadi kemarin Allah memberikan skenario untuk penguatan di bidang lain. Atau memang saya belum SELESAI tahapan kehidupan saya kemarin jadi baru "dianggap" oleh Allaah untuk bisa belajar HARI INI 😄
Yaah.. meskipun jujur baru benar-benar merasakan 'nyemplung' di Matriks ini sejak di NHW 2 😄





NHW #6 kelas Matrikulasi IIP kali ini ialah tentang Belajar Menjadi Manajer Keluarga Handal


💖💖💖💖 Alhamdulillaah ini jawaban hasil menepi semalam untuk menjawab NHW #6, bisa diklik di sini yaa :

⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️

 Roda Waktu Viana 

dan

Jadual Cinta Viana bundZiezam 


Berikut cuplikan dari NHW #6 saya

 3 Aktivitas Penting



Sebenarnya banyak ya aktivitas pentingnya, tapi tugas kali ini mungkin hanya merangkum 3 besar saja yang kita anggap paling penting. Bagi saya, aktivitas penting seperti dalam keterangan di atas itu menunjukkan saya sebagai makhluk Allaah, sebagai bagian keluarga dan sebagai diri saya sendiri. 

Adapun aktivitas apa saja yang penting di atas adalah rangkuman dari NHW #2 lalu yang berupa check list 😊

Poin pentinggggg banget buat saya nih, yaitu bukan me time yang menjadikan saya bersemangat dan bahagia dalam menjalankan peran dalam keluarga. Melainkan ibadah lah yang menjadikan pikiran saya lebih tenang dan hati lebih lapang. Ruhiyah terjaga maka emosi pun bisa lebih terkuasai. Itu yang saya rasakan, makanya ketika saya banyak tersulut emosi (hiksss) lalu baperan itu biasanya karena saya kurang piknik hihi. Tentu saja piknik hati dengan bersimpuh pada-Nya yang jadi langkah pertama. 

Sedangkan untuk 3 Aktivitas Kurang Penting saya ialah.. 



Sebenarnya diksi dari tim Matriks ialah 3 aktivitas tidak penting, tapi saya lebih memilih diksi kurang penting karena bagi saya 3 hal di atas masih perlu untuk saya lakukan, hanya memang harus lebih disiplin diri lagi agar manajemen waktu tidak banyak terlalaikan oleh kelenaan aktivitas kurang penting di atas. Berbeda halnya jika saya menuliskan aktivitas tidak penting maka sejak saya tersadarkan oleh peran jadi ibu ketika anak-anak kami lahir, aktivitas tidak penting itu akan masuk dalam deret terbelakang untuk dilakukan. Dan bukankah hanya sia-sia jika kita melakukan aktivitas yang tidak penting 😊 Karena sungguh kita berkejaran dengan waktu, ya kan buibuuu 😄 dikejar menyelesaikan setrikaan, dikejar tugas domestik, dikejar deadline, dikejar NHW (ahaay 😅😅) yang kalau tidak segera diselesaikan pasti akan bikin kita badmood heuu. 

Dari aktivitas-aktivitas tadi tugas lebih lanjutnya ialah menjadikan satu pola agar terlihat waktu kita banyak dihabiskan di mana. Di slide tadi sudah saya cantumkan untuk poin ini 😄




Nah karena saya adalah emak-emak rumahan dan bekerja dari rumah maka sudah pasti waktu terbanyak saya ialah di rumah. Apakah bahagia di rumah saja ? Harus bahagia laah yaa.. meski memang perasaan itu pasang surut tapi seperti disampaikan dalam materi 6 bahwa adanya gelombang perasaan pada emak-emak ini bukan didasarkan pada pelarian. 

Misalnya ketika emak memilih bekerja di ranah publik maka jangan disebabkan oleh ketidak mampuan untuk mengurus hal domestik makanya larinya ke ranah publik. Begitupun emak-emak macam saya yang bekerja di ranah domestik, jangan sampai punya keinginan untuk lari dari tanggung jawab di rumah dengan meluapkan emosi pada anak-anak. Ya Allaah jujur PR banget ini ya, karena stressor di rumah juga lebih tinggi dibanding di luar sana.

Kuncinya emak memang harus menemukan muara kebahagiaannya di mana. Karena yakin (kalu bagi saya ketika lagi sadar sepenuhnya alias composmentis nih 😄) bahwa kebahagiaan itu berada di mana saja. Dalam rupa kesederhanaan bagaimana pun juga. Ketika kerjaan domestik menumpuk, rumah berantakan, senyumin aja dulu deh hihi.

Setidaknya bagi diri saya pribadi asalkan anak-anak sehat tidak gampang sakit meski mainan berserakan di mana-mana usai dibereskan tak boleh jadi beban pikiran. Ini yang harus saya kuatkan berkali-kali dalam pikiran ketika tanduk emak hanpir keluar hehe. Sambil pelan-pelan saya mengajak anak-anak konsep tidy up, sambil bercerita dan beres-beres (nyambi jadi guru TK juga kan akhirnya hihi), atau jurus terakhirnya ialah saya ikutan main dan membuatnya berserakan 😅😅😄 Biarlah wes, yang penting ketika ayahnya anak-anak pulang kerja rumah sudah rapih 😄😍. Kalaupun belum rapih ya berarti menjalankan misi possible lainnya yaitu meningkatkan sense of love dengan rayuan, minta maaf dan pijitan 😅.

Gadget time

Bagi emak-emak milenial gadget sudah seperti cobek, hihi. Namun sebuah tantangan besar juga ketika kita sudah punya anak-anak. Meski masih tahap belajar saya berusaha mematuhi aturan saya sendiri untuk gadget. Tidak memegang ponsel ketika bersama anak-anak atau meminta ijin anak-anak dan suami jika memang ada hal mendesak. Kandang waktu untuk gadget ini hanya beberapa jam sehari, ketika anak-anak tidur dan ketika waktu me time. Saya ingin sekali bisa benar-benar disiplin pada gadget ini, karena secara kesehatan juga tidak bagus ya lama-lama kontak dengan gadget. In sya Allaah next saya post di sini ya.


Perfect Mom or Happy Mom


Copyright tim matrikulasi IIP Batch 7

Ternyata kalau ditelaah lagi ketika emak sedang dengan diri emak sendiri alias me time, camilan di atas banyak menjadi pengingat kita agar bersemangat menjadi "ibu yang bahagia" atau happy mom atau emak-emak hepi lah yaaa 😄

Pasti merasa kan kalau emaknya hepi pasti seisi rumah ikut merasa hepi juga.. begitu pun sebaliknya ketika emak marah bisa kelar hidup lo kalu kata anak jaman now ya 😄 Jadi ingat ibu saya, masya Allaah tempaan beliau dari saya kecil semoga memberikan tetes-tetes keberkahan dan kekuatan selalu dalam hidup beliau yang semoga nanti Allaah perkenankan kembali berkumpul dengan bapak rahimakumullaah.. aamiin

Emak Manajer Keluarga

Domestik atau publik ? Semoga dari pemahaman pada materi 6 kemarin sudah menyudahi polemik 'habitat' emak-emak ini ya. Karena sejatinya baik emak rumahan maupun emak kantoran, hakikatnya ialah sama sebagai emak-emak pekerja. Bekerja dari dan di rumah atau bekerja dari rumah menuju kantor (untuk sementara) dan kembali ke rumah 😊

Dalam materi disampaikan bahwa apapun ranah pekerjaan kita memerlukan syarat yang sama yaitu SELESAI dengan manajemen rumah tangga kita. Rumah kita haruslah menjadi tempat ternyaman dibandingkan aktivitas di manapun. Dan pastinya rumah dalam arti sebenarnya ya, mak. Bukan rumah sosmed hihi. 

Setiap Emak adalah Manajer Keluarga

Jika emak adalah manajer maka sudah pasti CEOnya adalah bapake ya. Kita sama-sama berpartner dari sebuah rumah. Para tokoh besar dunia pun tak lepas dari sentuhan emak-emak dan semua berawal dari rumah. Nabi Ismail as, Nabi Isa as, Nabi Muhammad saw, Imam Syafii, Muhammad Al Fatih, adalah contoh besar bahwa emak dengan segala potensi dan kekuatannya bisa mencetak anak-anak terbaikkk sepanjang masa.

Dan karena emak adalah manajer berdaster (upss 😄) maka di materi pun juga membahas rule ini. Karena sudah kita sepakati di awal masuk IIP ini pasti pada mau jadi emak-emak profesional kaann..

Berikut ini langkahnya jadi emak manajer

1. Menanamkan dalam hati dan pikiran bahwa "saya Manajer Keluarga". Bisa juga kalau tipe visual dengan membuat reminder dengan gambar menarik di sudut rumah yang sering emak lihat, misalnya di kaca meja rias. Pasti abis baca reminder itu langsung semangat berhias deh meski di rumah 😄

2. Atitude :
⚘a. Pakailah pakaian yang rapih dan chic sebagai penghargaan bahwa emak adalah manajer. Yaa meski tidak serta merta memakai blazzer, high heels (ampun dah di rumah aja pakai heels yak 😅) tapi pakailah pakaian yang rapih, wangi dan tetap nyaman. 

⚘b. Jalankan semua planner emak baik di domestik maupun publik. Ini sudah kita lalukan di slide atas ya, mak.. apalagi jika konsisten sejak tugas NHW #2 selesai 😍

⚘c. Buat skala prioritas

⚘d. Bangun komitmen dan konsistensi dalam menjalankannya

Naah mak.. yuk semangat jadi manajer yaaa 😍😍


😍💖 Project 7 to 7 💖😍

Ini menarik banget ternyata mak, karena 7 itu angka favorit saya 😅. Nah ternyata di IIP yang kami kira bahwa sematan 7 pada badge MIIP batch 7 itu berarti menunjukkan batch, ternyata adalah kode dari sebuah project ajaib ala IIP yang dilahirkan oleh bunda Septi Peni. Program 7 to 7 ini maksudnya ialah jam kerja ibu profesional. Pada jam ini emak diharapkan memakai pakaian layaknya emak-emak pekerja publik dari jam 7 pagi hingga jam 7 malam. Lepas dari kandang waktu 7-7 itu emak-emak berdaster boleeeh pakai dasternya lagi hihi. 

Kalau bagi saya pribadi, suka sekali project 7 to 7 ini yang sesuai dengan konsep saya sejak dulu. 
Karena saya bukan termasuk emak berdaster hihi (dan terlebih suami tidak suka daster), ketika saya di rumah dan suami sedang berada di kantor, maka saya memakai pakaian panjang yang nyaman (kadang gamis bunga rumahan atau setelan panjang nyaman) yang hanya tinggal memakai kerudung jika sewaktu-waktu ada hal mendesak harus tanggap untuk segera keluar dari rumah namun tetap nyaman ketika berdomestik ria hehe. Hal ini saya lakukan terkait pengalaman ketika ada gempa dulu yang pasti dalam kepanikan memerlukan waktu lama jika harus berganti baju dulu jadi amannya pakai baju panjang atau yang bisa ringkas kalau hendak keluar rumah.

Dandan chic juga ga ? Hihi.. dandannya sih relatif ya mak, masing-masing punya konsep sendiri-sendiri berdasarkan kenyamanan sendiri dan yang disuka suami. Kalau saya berusaha fresh ketika suami berangkat dan tampil cantik sesuai rikues beliau yang suka dengan tampilan kerudung segi empat. Jadi ketika suami akan datang saya pakai kerudung segi empat ini sejak anak-anak belum lahir dan di masa-masa awal pernikahan kami. Masya Allaah jadi lope-lope ama mas suami 💕

Dan salut banget buat bu Septi yang dengan project 7 to 7 ini yang ternyata berarti juga bahwa kita memuliakan diri sendiri dan memuliakan suami, bukan ? Ingat NHW #3 hihi. Menjadi wanita tercantik ketika pertama kali suami bangun, wanita tercantik ketika suami berangkat kerja dan menjadi wanita tercantik ketika suami pulang kerja. Selalu menjadi yang tercantik hanya untuk suami 😍

Ga terasa kebanyakan curhat ya jadinya, semoga kita bersemangat ya, mak untuk menjadi manajer keluarga dunia akhirat kita. Jangan kebanyakan baper dan mager hihi agar misi peradaban keluarga kita terwujud segera (note to my self too). 

Sedikit epilog dari saya...



Poin terakhinya aja yaa, memberikan reward pada diri sendiri itu menurut saya perlu dan penting ya, mak. Setelah kita berjibaku dengan aktivitas-aktivitas kita yang memerlukan hard dan soft skill maka berilah penghargaan; reward; hadiah; gift untuk capaian-capaian kita. Dari hal-hal yang simpel saja misal jika dalam sehari segala jadual bisa terlaksana maka malamnya akan makan mie instatnt bareng bapake hihi, atau ketika dalam seminggu segala jadual terjalankan dengan baik tanpa ada baper dan korban baper maka mintalah hadiah pak suami ngajak ke mall atau piknik di taman bareng anak-anak 😍😍😄 

⚘ Kita bukanlah manusia langit dengan segala keajaibannya, tapi kita hanyalah perempuan bumi yang dengan segala kefitrahan kita mampu membuat dunia adalah surga yang ajaib untuk keluarga kita.⚘

Semangaaat... menjadi MANAJER atau MAGER 😄
#jangan lupa dandan chic ya maak 🙊😍

Allaahu yubarik fik

~~~ Viana Wahyu ~~~
Mahasiswi Matrikulasi IIP Batch 7

Tidak ada komentar: