Jumat, 26 Juni 2020

Mengikuti Jejak Astronaut Pertama Bumi tanpa Roket



Keyakinan bukan saja tangga penghubung masa lalu yang tidak tersusun dari fosil kita, tapi juga menjadi penyambung masa depan yang belum pasti menjadi milik kita

Jejak Pertama sang 'Astronaut'

Malam itu, seolah langit dan bumi menggelar karpet merah atas undangan istimewa. Bumi seakan berhenti bernafas, hanya seorang penduduknya saja yang melintasi sudut-sudut istimewa di atasnya. Dalam beban hati karena kepergian dua kekasih, Allah meringankan dengan menjadikannya tamu langit.

Menapaki Masjidil Haram yang suci menuju Masjidil Aqsha yang penuh keberkahan. Menaiki tunggangan pilihan dengan laju di atas kecepatan cahaya, bersama tour guide spesial yang agung dengan sayap-sayap ketulusannya.

💖

Allahumma sholli 'ala Muhammad
Ya Rasulullah, Engkaulah manusia terpilih itu. Penduduk bumi yang dirindukan penduduk langit. Lapis demi lapis terdapat penyambutan dalam kesyahduan. Hingga sampailah Engkau di hadapan penguasa alam semesta yang maha sempurna.

Gemparnya Bumi

Penduduk kota Mekkah geger!

Senin, 15 Juni 2020

Asa dalam Segenap Rasa, Berharap tanpa Meratap




Kita hidup dari satu kepingan harapan ke kepingan harapan lainnya (Viana Wahyu)

Sebuah harapan serupa sebuah kisah. Setelah cinta, maka harapan adalah kata indah yang hadir di planet biru ini. Andai bumi ini mampu bertutur, banyaknya harapan yang tumbuh dan lahir di atasnya, bisa jadi lebih banyak daripada butiran tanah yang menutupi litosfer.

Kisah harapan mana yang paling membuatmu terpukau?

Sabtu, 06 Juni 2020

(Baru) Sebelas Tahun Cinta





Sesederhana cinta yang hadir, seringkali cinta bahkan tak memerlukan selebrasi apa-apa ketika dua hati sudah bertaut karena-Nya (Viana Wahyu)

Tanggal enam bulan enam alhamdulillah menjadi hari pernikahan kami yang selalu kami sambut suka cita tiap tahunnya. Ada yang sedikit berbeda pada muhasabah pernikahan kali ini, biasanya kami menyediakan waktu khusus sambil keluar, untuk saat ini karena masih baru transisi new normal dan anak pertama kami masih ujian akhir tahun, maka kami memilih merajut kenangan itu #dirumahaja.

Ahamdulillah dulu maharnya tidak minta rumah bersalin beserta isinya seperti yang ditulis ya

Itu salah satu kalimat yang terungkap ketika mas Ich sudah menjadi suamiku, rupanya si mas tahu alamat blogku dari proposal taarufku yang sempat kutulis untuk bercita-cita memiliki rumah bersalin. "Kalau dulu minta rumah bersalin sebagai mahar, tahun berapa kita bisa nikah ya?". Karena memang kondisi kami saat itu yang baru diterima di tempat kerja baru dan keluarga kami adalah keluarga sederhana. Mas Ich datang ke rumah sendiri dengan niat sekadar dolan dan silaturahim saja ke calon mertua, tapi oleh bapak dan mami diminta untuk melamarku sekalian!

Kamis, 04 Juni 2020

Mengabadikan Kenangan, Cetak Foto atau Unggah ke Media Sosial?




Kenangan memang tak akan pernah kita lalui kembali dalam situasi yang sama, tapi kita selalu bisa kembali ke dalam kenangan bersama sebuah harapan.

Berjayanya Cetak Foto

Pernah menonton episode Spongebob (ah, ini emak-emak kadang suka ikut nyimak tontonan anak-anak, hihi), yang bercerita tentang rumah nanasnya yang menjadi penuh dengan benda-benda yang dianggapnya memiliki kenangan masing-masing? Mulai dari foto masa kecil, kaos kaki bayi, sepatu pertama jaman sekolah TK, pensil penuh kenangan, hingga semua benda yang ia ceritakan dengan kisahnya masing-masing.

Hingga habislah semua tempat penyimpanan di rumahnya, bahkan ia pun susah masuk rumah karena bertumpuknya benda-benda yang terlihat sebagai sampah oleh sang tetangga, Squidword 😅. Dari sinilah akhirnya Spongebob pun mengubah "koleksi kenangan"nya yang lama-lama tak ubahnya seperti tumpukan sampah menjadi tumpukan koleksi foto. Setiap benda ia abadikan dengan kamera. Banyak foto yang sudah ia cetak.

Namun, ternyata sama saja, haha
Koleksi fotonya pun tetap membanjiri rumahnya hingga diprotes tetangganya lagi.