Senin, 26 Oktober 2020

5 Dreamlist Motivasi Menulis

 



Ada dua kata yang ternyata bisa meluluh-lantakkan masa depan. Ya, hanya dua kata. Sebelum meneruskan membaca, coba tebak, apa hayoo?


Jawabannya ialah,

"Saya tahu."


Ga nyangka, kan jawabannya? Ini saya dapat dari auditorium daring Pejuang Literasi.


Kenapa dua kata di atas bisa jadi momok?


Masih ingat kenapa Iblis dilaknat Allah dan diusir dari surga? Betul, karena ia merasa dirinya paling tahu dari perintah Allah untuk bersujud pada Nabi Adam. Ditambah dengan merasa tahu saat diberi tahu bahwa Nabi Adam lebih mengetahui atas ilmu yang Allah berikan. Ngeyel dan sombong dengan ilmu yang cekak


Nah, sifat merasa tahu tadi bisa membuat penulis mengalami hal negatif seperti yang disampaikan Ndan Hessa sebagai pemateri, karena menulis adalah peristiwa melibatkan seluruh indera kita dan mengkajinya dengan wawasan yang kita ketahui. Jadi dilarang banget merasa sudah tahu. Ketika menulis pun jangan sampai terselip kesombongan senoktah pun. Siap menjadi gelas kosong, Ndan? 


Ayo kita berangkat menuju dermaga motivasi menulis yang saya sarikan dari penyampaian Ndan Hessa, dan semoga Allah ijabah dreamlist ini. 


Bismillaah,

Satu, jalan setapak menuju surga



Menjadikan menulis sebagai salah satu jalan surga, sebagai batu pijakan menggapai surga-Nya, akan membuat kita terus menulis dan meyakini bahwa tulisan kita kelak akan menjadi penerang jalan, sebagai amal yang terus mengalir pahalanya di saat semua pintu tercabut alirannya untuk kita. Aamiin.


"Apabila manusia itu meninggal dunia, maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak saleh yang mendoakan kepadanya." (HR Muslim dari Abu Hurairah)


Dua, infinity legacy (warisan tak terbatas)



Saya ingin bisa terus membersamai keluarga, terlebih anak dan cucu serta cicit dan ungkapan keturunan ke bawahnya, meski zaman sudah menguraikan raga. 


Dan, saya ingat sekali masa kecil ketika didongengi oleh bapak rahimahullah, dibacakan buku, hingga akhirnya semua buku-buku di rumah saya lahap habis termasuk buku tebal seperti kisah nabi, pewayangan, legenda Jawa, bahkan buku-buku pertanian yang bapak pakai untuk mengelola sawah.


Ah, padahal bapak hanya bercerita dan menceritakan kisah meski bapak sudah tidak mampu kami jumpai secara fisik, namun kenangan itu akan terus hidup.


Apalagi, jika kisah yang diceritakan anak cucu saya nanti adalah tulisan saya sendiri. Ya Allah, izinkanlah hamba-Mu yang lemah ini untuk mewujudkan tapak kedua untuk menulis.


Tiga, Jejak Profesi



Ah, bisa saja cita-cita ideal yang sedari kecil didamba, ternyata begitu dewasa apalagi ketika berubah peran, maka berubah pula cita-cita itu.


Hal yang saya alami juga ketika Allah mengizinkan saya pada titik menjadi seorang istri dan ibu dari dua anak-anak. Pernah dulu memimpikan berkarier di luar rumah atau produktif dari rumah dengan ilmu yang seharusnya saya upgrade sebelumnya.


Tapi dengan pena, di mana pun, kapan pun dan sekecil apa pun yang bisa saya bagi, in sya Allah tetap bisa saya sampaikan. Insyaallah.


Empat, Self Healing



Masih punya luka?

Ah, semua pasti punya ya, heuheu.


Namun seberapa besar, seberapa dalam, dan sejauh mana kita mendamaikannya, semua tergantung kondisi masing-masing.


Meski pahit, dan tentu saja sakit, yakin deh kalau Allah sudah pasti memberikan paket lengkap ketika kita terluka. 


Allah memberikan kita kekuatan dalam kesakitan, sebagaimana Allah memberikan kemudahan di dalam kesukaran. 


Tugas kita memungut serpihan hikmah dengan hati kecil kita, membuka keikhlasan kita dan biar Allah saja yang mengobati luka kita. 


Semua itu bisa dilakukan dengan menulis.


Yuk, kita terus berteman dengan pena. Menuliskan apa saja. Ilmu kepenulisan bisa diasah pelan-pelan, ikut kelas menulis, gabung di komunitas, rajin menulis diary, gemar membaca, daaaan yang tak kalah penting yaitu, piknik!


Menulis adalah pikniknya hati, menjelajahnya pikiran, dan berlabuhnya jiwa akan kebesaran-Nya. (Viana Wahyu)


Lima, Aktivitas tanpa Bias




Bias di sini berarti pembelokan atau gangguan arah. Ingat kan percobaan pembiasan cahaya zaman kecil? Hihi. Jadi menulis diupayakan agar menjadi aktivitas istimewa tiap hari. Mungkin sedikit dulu waktunya, tapi benar-benar fokus dan selalu dilakukan. 


Ini jujur menjadi PR banget buat saya. Dan saya berharap dengan dituliskannya dalam dreamlist ini akan menjadi pemantik dan pengingat diri saya untuk terus menulis.


Pelan-pelan ya, kita berusaha menjadi barisan penggenggam pena. Yang semoga pena kita ini nantinya bisa menjadi saksi kebaikan kita.


Markisa ...! Mari kita menulis, pemirsa 😍

Ini dreamlist versi foto diri 🤭










3 komentar:

Sri Untari mengatakan...

Betul, menulis yang baik supaya jadi jejak yang baik

Viana Wahyu mengatakan...

Aamiin, semoga kita dimudahkan ya, mba. Terima kasih sudah mampir ya, mbakyu 😍

Sri Untari mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.