Jumat, 01 September 2023

Rinai Pertama Pupa



 

puasa kepompong buncek

Sepertinya selain masa menjadi imago yang berkilau dengan sayap adiwarnanya, vi menyukai fase pupa ini juga. Meskipun ada sedihnyaa sih karena kemarin di fase larva tuh terasa riuuh sekali truus semakin mengecil pertemanannya, dari yang seisi hutan, ke regu, ke keluarga, ke para teman kemping, buddy, daaaan berending sendiri!

Apa sih yang bisa dilakukan oleh pupa buncek 4?

Ayooo kita intipiin para kepompong yang telah memilih jalannya sendiri-sendiri dengan mengendap-ngendap dan penuh harap, semoga terbuka jalan untuk siap menjadi kilau gemerlap. Triingggg.


Rahasia Kepompong

Rasanya engga ada ya sesuatu apa pun di dunia ini yang engga ada ceritanya? Termasuk kisah kepompong yang kini sendiri dan menepi di dahan pilihannya. Mereka tidak bersuara namun sejatinya mereka sedang menenun kisahnya sendiri. Mereka tidak ramai tetapi dunia yang ramai pasti akan selalu menunggu kehadiran cantiknya kupu-kupu.

Keadaan kepompong yang sedang kami jalani sebagai penjelajah hutan kupu-kupu ini yang membuatku akhirnya mencari tahu rahasia di balik kepompong. Sejak kecil vi seriiing melihat kupu-kupu dengan berbagai fasenya, yang paling biasa terlihat adalah ulat, kepompong, dan kupu-kupu. Senangnya saat bisa mengejar kupu-kupu yang hinggap di tanaman bunga-bunga milik orang tua.

Jika teman-teman lain yang kadang main ke rumah senang menangkap kupu-kupu, vi termasuk yang lebih senang membiarkannya terbang dan hinggap, syukur-syukur jika bisa menclok di kepala atau di tangan. Rasanya lebih bangga dibandingkan bisa menangkap kupu-kupu yang akhirnya malah merusak sayapnya. 😥

Namun, pas suami dinas ke Sulawesi tepatnya di Maros ya yang banyak kupu-kupu tuuh awalnya vi engga mau dibawain kupu-kupu. Itu diawetkan bukan siih yaaa? Kasiaaann. Tapi bisa jadi itu kupu-kupunya sudah tiada terlebih dulu kali yaa. Ga tega kalau mereka ditangkapin dan diawetkan hanya untuk souvenir. 

Eehh, kok ya vi yang engga mau dibawain oleh-oleh kupu-kupu ternyataa saat kami jalan ke kota sebelah yang tidak jauh trus nemu kupu-kupu yang dipigura kok cantiik ya. Akhirnya belii deh tanpa tahu dan nanya itu asal muasalnya kupu-kupunya gimana. Di sinilah paksu berkomentar dengan merasa menang karena ketidakmauanku dibawakan kupu-kupu yang lebiiihh besar dari Maros. Hiks, maafkan yaa, kupu-kupu.

Nah, kembali ke kepompong ya, duluu pas kecil vi mengira jika kepompong itu berasal dari daun yang ditangkupkan untuk membungkus dirinya seperti para semut rangrang yang bersatu untuk menutupkan dedaunan pohon menjadi rumahnya. Ternyataa bukan, lho! 

Kepompong itu mengeluarkan enzim yang bisa melelehkan badannya kecuali bagian inti yang disebut dengan cakram imajinal (engga tahu sih ini kenapa dinamakan imajinal, apakah hanya merupakan imajinasi yang menemukan atau gimana), dan cakram-cakram ini ada di bagian kepala, mata, badan, dan kaki. Tepatnya di mana hanya kepompong dan Sang Pencipta yang tahu. Bahkan sempat menemukan juga bahwa kulitnya calon kepompong akan mengelupas yang kemudian menjadi pembungkus dirinya. 

Wah, masyaallah luar biasaaa ya. Di dalam rumahnya ini mereka berpuasa, sepertinya sih karena sudah banyak makan saat menjadi ulat sehingga cadangan makanan pun melimpah untuk mereka. Ini termasuk kuasa-Nya juga ya, bagaimana seekor binatang bisa istimewa dengan tidak makan selama beberapa hari. Ada yang menyebutkan bahwa fase hidup kupu-kupu atau metamorfosisnya berlangsung selama 3 atau 4 minggu.

Dan uniknya lagi, sama seperti manusia yang memiliki otak untuk berpikir, mengolah informasi, menyimpan memori, si kepompong ini juga diberi kemampuan untuk mengingat memori, lho! Dalam hiatusnya mereka (kalau istilah bagi beruang ya ehhh itu hibernasi ding), mereka tidak sekadar diam saja, tetapi melakukan aktivitas untuk melejitkan potensi. Apakah mereka tahu setelah menjadi kepompong mereka bakal menjadi kupu-kupu?

Maha besar Allah ya yang menciptakan satu makhluk saja kita bisa belajar banyaaaaak sekali sampai-sampai filosofi di kelas Buncek 4 Ibu Profesional pun mengejawantahkannya.


Cerita kepompongku

Untuk periode selama insyaallah empat pekan ini, eeehh samaa ya dengan fase keseluruhna hidup si kupu-kupu, vi mengambil aktivitas yaitu memotret kreatif. Pilihan yang sesuai dengan peta belajar dan menjadi tahapan yang ingin vi kejar di buncek ini insyaallah.

Alhamdulillah realisasinya bisa memotret sesuai rencana. Sebenarnya goalnya kalau sesuai dengan peta belajar adalah memotret setiap hari selama 30 menit dalam insyaallah 30 hari, namuuun di peta kemarin vi memilih hanya melakukannya selama 5 hari dalam seminggu. Kalau di rumah itu motretnya engga bisa engga untuk tidak menggelar lapak alias studio odong-odong dengan segala printilannya, tetapi sengaja di akhir pekan itu vi memilih untuk beristirahat dari memotret di dalam rumah menjadi memotret di luar rumah. Hal ini vi rencanakan karena biasanya tiap akhir pekan adalah masa untuk keluarga kami. Family time.

Yaa alhamdulillah untuk hari ini cukup untuk kembali mengayun kamera dan membidik dari balik viewfinder. Meskipuuun, untuk prosesnya masih kelamaan menurut vi walau untuk memotretnya sendiri sih insyaallah sudah dalam waktu yang sesuai rencana. 

Dan hari ini alhamdulillah vi memahami bahwa kita itu bisa bukan karena diri kita sendiri. Kita berani bukan karena kita tidak takut atau tak ada lagi perasaan takut atau khawatir. Kita pun mampu juga bukan karena selalu ada pertolongan dan harapan dari manusia, meskipun itu adalah orang-orang terdekat kita. Namun, kita bisa melakukan semua hal hari ini dan semoga esok juga seterusnya karena ada DIA dan kekuatan-Nya yang mematurkan keyakinan dalam hati.

Yakin, deh, si kepompong pun demikian. Mereka bukannya tidak khawatir sendirian di dalam selubung istimewa, siapa tahuu ada hewan lain yang memakannya, merusak, atau juga angin dan hujan yang mungkin meniup dengan kencang sehingga menerbangkannya. Bisa jadi mereka pun merasakan hal yang sama tetapi sebagai kepompong. Namun, mereka hanya berusaha. Tugas semua makhluk adalah hanya berusaha.

Oya, tantangan hari pertama ini masih bertepatan dengan puasa pekan pertama. Puasanya adalah sesuatu yang bisa menghambat jalannya tercapai tujuan sesuai peta belajar yang berkaitan dengan waktu. Insyaallah nanti akan vi bagikan ceritanya yaaa. Untuk hari ini sepertinya cukup sampai di sini dulu. Vi bagikan juga nih hasil dari pemotretan hari pertama tantangan yang temanya pun insyaallah masih sejalan dengan puasanya kepompong hari keempat.

Bisa diintip di sini, yaaa cerita lensa viana kepompong 1

Eh iyaa vi mau berbagi saat ini pun tengah dalam kondisi yang memerlukan keyakinan dan penguatan. Sebenarnya suami pun sudah memberikan penguatan dan mungkin juga doa. Namun, semua itu bisa menguap, kita bisa lupa kalau ternyata



ada dukungan dari orang tercinta tentang penguatan diri. Jadi senantiasa mengingat-Nya setiap waktu semoga bisa menjadi penguat terbaiiiik di saat kita sendiri pun lupa dan tidak sadar dengan hakikat keberadaan kita. 

Sebagai penutup, judul di postingan ini adalah rinai yang mengarah pada hujan. Anggap saja bahwa hujan itu adalah tantangan ya yang insyaallah bisa makin membumikan memori kekuatan sang larva. Jangan sampai kita menjadikan rinai adalah hal yang berada dalam diri, sebab tantangan yang berasal dari dalam diri biasanya lebih susah dan perlu waktu menaklukkan, sepandai apa pun motivatir didatangkan jika kita sendiri tidak menginginkan berubah dan juga disertai ridho-Nya maka tak akan pernah terjadi perubahan.

Semangaaaattt!





Tidak ada komentar: