Minggu, 05 Oktober 2014

"Bunda, Kambingnya Ketemu Allah, ya?" (Edisi Qurban)





"Bunda, Kambingnya Ketemu Allah, ya?" (Edisi Qurban)
^ Viana Wahyu^



Bismillah, 
Tahun ini berkurban atas nama ananda cah bagus, Achmad Azzam SP. Dari awal, Azzam sudah diajak Ayah yang memang juga menjadi panitia pelaksanaan Qurban di lingkungan rumah. Dan usai sholat Ied, Azzam ngajak Vi untuk melihat kambing yang sudah dikasih tanda nama untuk Azzam, karena sang Ayah sudah sibuk wara-wiri bersama bapak-bapak.

"Bunda, mana daunnya lagi?" Azzam minta dicariin daun buat kambing putihnya.

Asli, saat itu hati Vi sudah ga karuan. Antara senang dan ga tega. Detik-detik kehidupan kambing yang akan segera berakhir hari ini. Dan harus disaksikan Azzam.

"Mas, nanti kambingnya mau diqurbanin, ya.." kata Vi sambil menahan rasa di hati melihat lahapnya si kambing memakan dedaunan yang disodorkan Azzam. Pengen sebenarnya ngelus-ngelus kambingnya, tapi akhirnya urung karena Vi memilih mengelus-elus hati biar ga kebablas nangis di TKP, heuheu.

"Kenapa kambingnya diqurbanin bunda?"

"Biar kambingnya mas Azzam ketemu Allah, nanti kambingnya in sya Allah jemput mas Azzam buat masuk surga..." (duh, ngetik ini sambil mbrebes mili ingat peristiwa tadi pagi).

Dug... dug... dug...

Tibalah saatnya eksekusi bagi semua hewan yang dikumpulkan oleh yayasan sebagai penanggung jawab pelaksanaan Qurban di lingkungan rumah, YCAT Depok, yang semuanya berjumlah 4 ekor sapi dan 11 ekor kambing. Dan kambing cah bagus urutan pertama yang disembelih. Alhamdulillah lancar (Vi ga tega mo lihat...)

Alhamdulillah, Azzam bertemu kedua teman sekolahnya yang bisa jadi kesempatan bunda buat sedikit menepis perasaan saat melihat eksekusi itu terjadi. Hanya mampu melantunkan takbir tanpa melihat kronologis kejadian hilangnya nyawa-nyawa hewan yang diqurbankan. Dan Azzam, sebisa mungkin Vi batasi untuk melihat langsung hal-hal yang membuat bundanya merasa ngeri "_" Meski tetap saja, rasa penasarannya dan juga ajakan teman-temannya untuk mendekat yang membuatnya mampu menepis himbauan Vi.

"Bunda, kambingnya sudah naik ke atas ketemu Allah, ya...?"

Huwaaa... bundanya baru bisa nangis sekarang saat beberapa jam dari pemotongan hewan yang diqurbankan ketika pertanyaan Azzam itu terngiang lagi. Saat di TKP, Vi berusaha ngajak Azzam untuk bertakbir dan baca do'a saat hewan-hewan itu memenuhi takdirnya. 

Hingga sampailah giliran sang sapi dirobohkan ke tanah untuk diqurbankan. Dan, yang membuat hati menangis (hati aja yaaa, alhamdulillah... Vi masih bertahan untuk tak nangis di lokasi kerumunan orang dan terlebih banyak anak-anak, maluuu lah).

Kali ini Azzam bersama kedua temannya pengen mendekat lagi, bahkan Azzam dkk ikut gantian bertakbir dari toa yang dibawa Ayah saat bertugas. Duh, bundanya malah galau. Akhirnya ayat demi ayat yang bisa Vi baca dari hp bisa menjadi sedikit penenang. 

Mendadak Pengen Pingsan

"Zam, sapinya menangis !" kata Ayah yang berada tak jauh dari Vi. Azzam dkk masih tetap ceria tanpa terbawa emosi kayak sang bunda, huhuhu.

Apaa...? Sapi menangis?  Jadi malah berderai-derai hati Vi. Dan berusaha mengabadikan momen sang sapi yang menangis, hiks.

Takbiiiir.... ! 
(Jujur pengen ngambil toa yang dipegang suami dan ngajak semua hadirin lebih kenceng lagi takbirnya *inget jaman jadi mahasiswa pas ikut demo)

Beda ya feelnya kalau hewan kecil (kambing) yang disembelih dengan sapi. Untuk merobohkannya dengan menghadap kiblat pun harus beberapa orang kekar yang melakukannya.Vi ga berani menatap proses demi proses yang terjadi... Ngilu !

Olala....Karena beberapa lama berkutat di TKP karena ngawasi Azzam, plus jadinya ngemong tiga bocah dengan temannya, akhirnya Vi sempatkan juga memupuk keberanian (baca : bonek bin uji nyali) untuk melihat sesi akhir eksekusi. Saat kepala sapi itu terputus dari badannya (huwaaa) dan saat darah mengalir deras, plus saat kepala sang sapi-sapi telah terpisah dari badannya namun vena jugularis (bener ya para ahli hewan..?) masih berdenyut-denyut memompa darah.Tiba-tiba pingin pingsan. Duuh, Zaaam... ! 

Tapi bunda ga boleh pingsan. Meski basic Vi sebelum diamanahi Allah untuk menjadi seorang istri dan calon bunda adalah tenaga medis, yang tak bergeming ketika darah mengalir, ketika harus menjahit, ketika tangan berlumur darah manusia... Namun justru karena adanya perbedaan yang ditangani adalah manusia, tepatnya wanita melahirkan dan sekarang yang dilihat adalah hewan, membuat nyali Vi menciut. Kebalikan dengan suami atau adek Vi yang mereka lebih tatag (tegar, Jawa) melihat darah hewan dibanding darah manusia. Membuat imajinasi berkelana ke mana-mana. Sampai-sampai sempat terpikir untuk menulis fabel hewan, hehe. 

Mereka Tidak Sakit 


Menyempatkan mengusir galau dengan bbm ke teman-teman, termasuk ke mbak-mbak penulis senior, hingga salah satu mbak, yakni mbak Shabrina Ws yang mengirimkan sebuah artikel dari postingan temannya. Ini ya linknya...hewan disembelih tidak sakit




Sebenarnya sudah sempat baca sih link semacam dan sejenis yang dikirim mba Brina, dari postingan teman-teman di grup instant message juga, yang salah satunya mengacu pada penelitian dr. Schultze. Naah, dari nama dokter ini, Vi familiaaarrr bangeet, entah orangnya sama atau beda tapi ya, hehe ga kenal sih. Sebab saat di kebidanan ada teknik mengeluarkan plasenta yang salah satunya dengan menerapkan perasat Schultze. Entahlah jika namanya beda... Barokallah untuk ilmunya jika orang yang sama...

Hingga sampai pada akhir petualangan hati hari ini, yang lebih banyak kesempatan untuk melihat proses pemotongan hewan qurban dibanding tahun-tahun sebelumnya. Vi dan Azzam kembali ke rumah lebih dulu dibanding ayah yang masih sibuk membagi-bagi daging. Namun, ada sesuatu yang mengganjal, meski Azzam bisa makan, tapi tak sesuap nasi pun bisa masuk ke perut Vi. Rasanya masih kebayang-bayang kengerian yang Vi lihat sejak pagi.

Hiks... nyesek karena pikiran masih belum bisa melupakan yang seharusnya diikhlaskan. Dan rugi kan kalau sampai ga bisa makan :D Akhirnya melepas simpul-simpul ingatan dengan mengirim sms pada mbakyu Brina yang segera dibalasnya, "Buat ngaji Vi, tadaburi ayat-ayat tentang Qurban dan keikhlasan. Hewan-hewan itu menangis karena bahagia, sebagaimana kebahagiaan manusia jika menunaikan ibadah haji." Moga Allah memberkatimu, mbaaaak....

Akhirnya Vi sempat menemukan kisah tentang unta-unta yang berdesakan ingin disembelih lebih dahulu oleh Rasulullah. Dan kembali membaca kisah keteladanan keluarga Nabi Ibrahim as. Perlahan-lahan bisa memasukkan sepotong kue dan minuman makanan (atau makanan yang bisa diminum) meski untuk makan nasi masih belum mampu. Dan entah kapan perut ini bisa berdamai...

Setidaknya, hari ini Allah memberikan hikmah lewat kisah qurban tahun ini yang Vi alami. Mengajak anak lebih dekat mengenal Allah dan menjelaskan perintah-Nya dengan sikap dan wacana yang tidak membuat anak takut. Bahwa Allah adalah muara dari segala rasa di dunia.

Bahwa qurban berarti dekat (dari kata Qoroba, Arab)... Dekat pada Allah dan dekat dengan manusia dengan tuntunan yang diridhoi-Nya...  Dan dekatin lebih dekaaat lagi hati Vi untuk lebih memperbanyak ketegaran menjadi saksi tahun-tahun berikutnya, biar ga korban perasaan lagi kayak yang barusan terjadi in sya Allah.... serta setidaknya saat ini tidak mendekat dulu pada nasi, pisau dan kawan-kawannya hingga hati dan pikiran berdamai dengan ketegaran #colek kangmas yang belum dimasakin daging setelah insiden tadi :D

"Daging (qurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi ketaqwaanmulah yang dapat mencapainya..." QS Al Hajj : 37

Allahu Akbar... Allahu Akbar... Allahu Akbar...
Laa ilaha illallah, huwa Allahu Akbar...
Allahu Akbar, walillahil hamd...


Depok, 10 Dzulhijjah 1435 H/ 5 Oktober 2014




3 komentar:

Unknown mengatakan...

hahaha kadang kalau saya ada qurban ga mau lihat ..hahaha

Grosir Baju Hijab Tunik mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
Dewi Rizki mengatakan...

Semangat iabadah qurban, berbagi kebahagiaan ada yang model lembaga qurban online seperti saat ini banyak dilakukan, karena bisa lebih mudah dikala kesibukan untuk berkurban