Senin, 12 Oktober 2020

Komandan Sayang di Pejuang Literasi




Sebuah rahasia besar sering berada di balik pintu yang tidak terbuka oleh sensor gerak, namun berpalang besar oleh kayu atau besi berukuran lebar. Jantung menjadi lebih cepat berdetak saat kunci sudah di tangan dan tinggal sekali gerakan mendorong. Hingga terbukalah sekat itu dan terpampang jawaban segala imajinasi, sesuai ekspektasi atau halusinasi.

Dor!

Ah, bersyukur sekali suara senapan itu hanya dalam imajinasi, tidak sebenarnya terjadi di hadapan saya, yang bisa membuat pompa jantung terjeda sesaat karena kaget saat memasuki markas.

Alhamdulillah, bisa merasakan berada dalam barisan para pejuang yang berbinar saat kami bersama-sama mengikuti apel penyambutan, karena tidak ada acara push-up untuk para junior, Ndan!

Merasakan masa orientasi ala batalyon yang ga bikin ngeri, tapi malah senyum-senyum penuh menantikan kejutan, rasanya baru pertama ini saya alami, di Pejuang Literasi. 

Dulu saya pernah mengalami orientasi kampus tapi modelnya mirip semi militer 🙈 meski minim hukuman fisik, tapi aturannya sampai membuat kami memilih tidur di lantai daripada disuruh lari jika sampai ada lipatan di sprei dipan asrama.

Penasaran bagaimana orientasi di Pejuang Literasi? 

Yuk, ikut berkeliling markas 🥰



Kopi Udara Sang Komandan

Atas skenario-Nya, lewat seorang kakak di salah satu komunitas kebaikan, tanpa sengaja kenalan dengan teman beliau, Ndan Mega, yang wallahu alam apakah beliau masih ingat saya atau tidak 🙈. Sempat cerita-cerita tentang Pejuang Literasi, tapi saat itu tidak banyak berlanjut.

Ternyata alur kehidupan membawa pertemuan berikutnya dengan Ndan Dyah dan Ndan Hessa Kartika. Ndan Dyah waktu itu jadi host sebuah acara, telaten banget jawab pertanyaan saya di personal chat.

Sedang dengan Ndan Hessa, saya punya kenangan manis, saat itu saya meminta izin beliau untuk menyimpan nomor ponsel, ternyata beliau sudah menyimpan nomor saya lebih dulu!

Masya Allah, asli terharu dan senang banget saya. Siapalah diri ini kok nama saya sudah tersimpan oleh beliau.

Dan Ndan Hessa itu humble-nya masya Allah. Berkenan menjawab chat saya dengan senang hati dan juga penjelasan panjang, membaca tulisan beliau seperti berbicara langsung dengan Ndan Hessa yang murah senyum.

Berlanjutlah perkenalan di 'helikopter' udara itu menjadi sebuah info awal untuk kepo apa sih Pejuang Literasi, dan sering takjub ketika ikut momen yang ada pasukan Pejuang Literasi, mereka saling memanggil dengan sebutan: Ndan

Bahkan, saya pun akhirnya ikut dipanggil Ndan juga sama Ndan Hessa 😀, jadi makin semangat menunggu pembukaan batch dimulai. 

Markas Impian dan Harapan

Deg-degan ga gaess ...? 

Asli ga akan ada jantung yang berdegup lebih cepat kalau masuk ke Markas Pejuang Literasi. Dari awal penyambutannya manis banget buat komandan junior.

Nah, di Pejuang Literasi yang lahir pada 10 Oktober 2017, semua pasukan dipanggil dengan Ndan. Semua adalah pemimpin. Di sini kita juga akan diajak untuk menerapkan logo Pejuang Literasi, bertumbuh, berkarya dan berbagi. Sama-sama menjadi matang, sama-sama melahirkan buah literasi, dan saling berbagi kemanfaatan. 

Namanya juga masa orientasi ya, Ndan, jadi kita pun di sini juga akan mendapat delapan amunisi berupa materi dan latihan yang bernama Misi Asik sebanyak delapan kali juga 😀. 

Bismillaah,

Semoga nyali para pejuang di batalyon kedua ini akan terus seirama tanpa ada yang remedial, karena pada hakikatnya, seperti pesan founder Pejuang Literasi, bahwa Pejuang itu ialah diri kita sendiri di kehidupan ini, hidup untuk berjuang menjadi sebaik hamba-Nya dan berliterasi pun selaras dengan titah-Nya. Bertumbuh, Berkarya dan Berbagi dalam menjalankan misi dari-Nya.

Siappp pasukan?

❤❤❤❤❤❤❤

Kadang lupa adalah teman terbaik, di saat luka datang menyapa. Namun menulis adalah cara terbaik untuk mendamaikan luka, sebab lupa pun suatu saat akan terdiam oleh remahan kenangan yang tiba-tiba muncul (Viana Wahyu)

Adakah tempat dan cara berlari dan sembunyi dari riuhnya dunia? 

Carilah...

Tetap saja dunia selalu punya jalan untuk menampakkan diri kita dengan bayangan masalah, dan mungkin aib kita juga!

Semakin berlari, semakin lama kita terlepas dari ujian-ujian, namun dengan menghadapinya secara gentle and smooth, awan yang bergelayut di jiwa kita perlahan sirna.

Maka, jadilah kesatria! Menjadi komandan untuk diri kita sendiri dan seluruh lingkungan yang kita tempati.

Siap, Ndan!