Kamis, 06 Januari 2022

Mudik, Kata dan Penyemangat Ajaib bagi Chivily


Perjalanan


Bismillah,

Kita mau mudik yaaa anak-anak


Yeayyy ...! 

"Mudik" memang menjadi hal yang menumbuhkan semangat bagi kami. Semacam hadirnya energi baru di tengah lintasan marathon. 

Bagi saya pribadi, mudik itu lebih dari sekadar traveling. Bahkan ketika macet pun, saya tetap suka. 

"Macet kok senang sih, Bun." kata suami.

"Iya, Yah, asal bersamamu dan anak-anak." Cieeee

Sejak kecil ketika mudik lebaran dari Ngawi-Kediri-Banyuwangi, saya memang tidak masalah dengan namanya macet. Justru yang dicari dan menjadi beda antara mudik lebaran dengan perjalanan biasanya itu terletak pada kemacetannya (dulu menjawab ini ditertawakan Bapak dan Ibu, sekarang tambah ditertawakan suami). 

Macet pun bisa jadi lebih romantis kaaan?

Oh iya, sebelum kita lanjut cerita tentang mudik ala kami, mau berbagi hasil kesepakatan rapat Chivily kemarin yaaa dalam rangka "proyek bahagia" kelas bunda sayang 7 Ibu Profesional (hari kedua).


Gol besar dari semua ide: MUDIK

Ide mudik ini karena Ayah ada jadwal tugas ke Jatim, plus sekalian liburan anak-anak. Sesuai aturan di Depok, anak sekolah baru libur bulan Januari ini, berbeda dengan kota-kota lainnya. 

Nama project: Mudik Asyik insyaAllah

Waktu: insyaAllah 8 atau 9 - 16 Januari 2022 


SDM/ kepanitiaan kecil:

  • Leader: Ayah
  • Sekretaris: Bunda
  • Bendahara: Bunda
  • Sie konsumsi dan perbekalan: Bunda dan Adek
  • Sie fiksasi kendaraan: Ayah dan Mas
  • Sie dokumentasi: Mas dan Bunda
  • Sie games: Mas dan Adek
  • Packing: semua anggota Chivily


Perlengkapan yang dibutuhkan:

  • Rencana perjalanan
  • Elang si mobil
  • Koper-koper
  • Baju sesuai rencana perjalanan
  • Perlengkapan (ibadah, makan, tidur, sanitasi, keamanan berkendara)
  • Obat-obatan
  • Pendokumentasian (kamera, charger, tripod, kartu)
  • Perlengkapan kerja (laptop, gawai, charger, dll)
  • Makanan dan camilan
  • Dan lain-lain yang belum tertulis


Kesepakatan selama project:

  • Perbanyak berdoa 
  • Menepati jadwal/ rencana kecuali ada kondisi yang berbeda
  • Ibadah, kesehatan dan keselamatan yang utama
  • Saling menjaga dan menyayangi
  • Tetap berbagi dalam bentuk apa pun selama perjalanan


Respon partner? 

Alhamdulillah 'ala kulli hal, anak-anak senang sekali dengan project ini. Melihat reaksi mereka kok jadi ingat masa-masa saya kecil dulu.

Mudik ke rumah Eyang itu nyenengiin. Bersama adik menyiapkan barang-barang yang mau dibawa dan dimainkan bersama sepupu di rumah Eyang. 

Hal yang paliing ingat ketika mudik dengan kendaraan Bapak yang legendaris itu karena Bapak dan Ibu selalu menyiapkan kasur untuk saya dan adik. 

Ibu paliinggg bersemangat menyiapkan makanan bekal, dari camilan ringan, camilan berat, buah, es dalam termos sampai makanan nasi beserta lauknya semua lengkap. Semboyan ibu ialah lebih baik kebanyakan makanan di jalanan daripada kelaparan di jalan. 

Serunya nanti akan ada sesi makan bersama, kadang berhenti dan makan di mobil, makan dengan menggelar alas/ tikar, pernah juga kami berhenti dan menggelar tikar di hutan. Zaman dulu jalanan masih melewati hutan-hutan, lho. Atau kadang makan di mobil yang tetap berjalan dan saya serta adik menjadi saksi ketika bapak disuapi Ibu. MasyaAllah. 

Tapi selain makan bekal, kami pun juga sesekali makan dengan mampir di tempat makan. Ada satu tempat yang menjadi favorit kami semua, dan ketika di sana selalu memesan menu yang sama. 

Pernah juga makan saat macet. Kalau macet begini biasnya ibu akan bercanda, "Naah, alhamdulillaah kita banyak makanan bekal, jadi ga bingung kalau mau nyari makan.". Soalnya memang kami mudiknya pas libur lebaran, jadi seriiinggg macet deh. Dan karena hutan-hutan zaman dulu masih belum seramai sekarang, jadi ya memang susah jika harus mencari makanan di warung makan. 

MasyaAllah tabarokallah, Bapak dan Ibu. 

Ternyata setelah saya dan suami menjadi orang tua, hal yang paliiing kami pikirkan itu adalah anak-anak. Mengupayakan kenyamanan dan keselamatan mereka. Kami pun juga membawa kasur, mainan dan tentu saja membawa banyak makanan.


Riwayat Mudik Chivily

Mudik dengan kendaraan pribadi adalah mudik yang menyenangkan dan lebih slow dibanding dengan naik transportasi umum. Rasanya kalau mudik dengan kendaraan publik itu seperti dikejar-kejar, apalagi jika naik pesawat.

Domisili kami yang lumayan jauh dari Bandara Soekarno Hatta membuat kami harus spare waktu minimal 2,5 jam dari jadwal. Ada alokasi waktu jika terjadi kemacetan yang masuk dalam perkiraan lama perjalanan dari rumah sampai bandara.

Karena kalau sampai telat, kami pernah berlari-lari di bandara atau di stasiun, bukan seperti Rangga dan Cinta yang saling berkejaran, tapi karena mengejar pesawat atau kereta. 

Nah, tapi herannya adalah ketika naik kendaraan umum, bawaan bisa lebih ringkas. Berbeda ketika mudik dengan kendaraan sendiri. Suami pernah mengomentari saya yang semangat sekali packing, "karena mudik naik mobil, rasanya kayak pindahan rumah ya, Bun?"

"Eh, iyaa betul, Yah, mobilnya jadi rumah berjalan ala kita."

Jadi pengen niru rumah karavan seperti mobil di luar negeri. Pernah tahu kan? Waah benar-benar seperti rumah ya, ada tempat untuk tidur yang nyaman dan ada dapur mini. 

Ah, semoga nanti bisa merasakan membawa mobil karavan kayak di luar negeri atau membawa mobil luar negeri ke sini, aamiin. Tapi kalau di Indonesia kayaknya masih bisa mampir di mana-mana, sih jika kurang dan perlu hal-hal yang tak bisa didapatkan di dalam mobil. Penjual makanan banyaaaaak, bahkan di dalam hutan pun kini sudah ada jalan dan bertebaran tempat makan. 

Alhamdulillah ya, Allah

Semoga tanah air ini akan selalu indah dan ramah untuk mudik para warganya. 🧡🌻

Tidak ada komentar: