Kamis, 31 Maret 2022

Kunci Berkeluarga dengan Bahagia

 

Chivily family

Percaya tidak kalau semua yang berada di kolong langit ini memiliki keluarga? Keberadaan manusia tak usah ditanya lagi punya keluarga atau tidak, karena keluarga adalah tempat kembali yang paling nyaman di muka bumi ini. 


Tumbuhan, hewan, bahkan benda mati pun jika menilik dari arti keluarga sebagai kekerabatan yang dekat, maka jenis-jenis benda mati memiliki kekerabatan dengan produk sebelumnya. Seperti halnya kalau buku atau film begitu kan ada sekuel, ada jilid ke berapa, apalagi sinetron. Eeh, itu mah induk semangnya, ya yang banyak kejar tayang.


Jadi semestinya, kita memiliki banyak alasan untuk berbahagia karena ada banyak keluarga di mayapada. Namun nyatanya? Yuk ah, kita saling berbagi di sini agar hepi.


Manfaat Memiliki Keluarga


Satu, tempat terbaik yang 'homey' di dunia. Keluarga adalah tempat kita berasal, tempat kita dibesarkan dengan nilai-nilai yang diyakini sebagai kebaikan. Keluarga juga yang selalu utuh bisa menerima bagaimana rupa kita, apa pun yang kita peroleh di dunia luar dan selalu memberikan energi yang mengutuhkan kembali diri kita. 


Meskipun memang tak semua keluarga memiliki keteduhan dan kehangatan yang sama, tapi sekurang-kurangnya kita mendapatkan pelajaran berharga untuk bersikap menjadi manusia yang lebih baik dan mengajak keluarga kita menjadi keluarga terbaik. Satu hal yang selalu saya usahakan tanamkan dalam diri dan juga siapa pun yang bisa saya bagi, bahwa Allah tak pernah salah menempatkan kita di keluarga yang mana. 


Dua, komunikasi efektif dengan keluarga membantu mereduksi stres. Tak bisa dipungkiri zaman yang kian maju semakin meningkatkan laju pikiran dan beban manusia. Meskipun banyak kemudahan tapi tetap saja, stressor ada di mana-mana. Adanya keluarga akan membantu untuk bisa menyalurkan emosi dan rasa terpendam dalam diri. 


Sangat disayangkan jika ada keluarga yang minim komunikasi, akibat terburuknya ialah bagi anak-anak, mereka merasa diabaikan dan bahkan tidak diharapkan keberadaannya. Miris sekali dengan ragam tragedi dan kecelakaan yang justru terjadi di rumah. Padahal jika semua bagian keluarga bisa saling menyempatkan waktu untuk berempati dan bersimpati, maka stres dunia luar maupun ketidak nyamanan di dalam rumah, sebenarnya bisa dicarikan solusi bersama-sama.


Baca juga: Kadar Bahagia ala Keluarga Kami


Tiga, meningkatkan imun. Nah ini penting sekali kan di masa pandemi (yang berubah menjadi endemi), bahwa keluarga adalah salah satu imun kita, selain asupan lainnya.


Orang terdekat yang (semestinya) menerima keadaan kita dalam kondisi sakit, orang terdekat yang (semestinya) menguatkan kita untuk bangkit, orang terdekat yang (semestinya) menerima kita apa adanya, adalah keluarga. Masa-masa sulit kita, insyaAllah akan lebih mudah dilewati bersama keluarga. 


Masih terlintas di ingatan, saat pandemi ini pertama kali terjadi. Rumah adalah tempat terbaik untuk beraktivitas. Hingga segala kegiatan belajar dan bekerja dilakukan dari rumah. Keluarga adalah partner terdekat dan tersering kita jumpai dalam 24 jam. Senang rasanya ketika menemukan salah satu hikmah pandemi yang disampaikan orang-orang yaitu, menjadi lebih dekat dengan keluarga.


Walaupun mungkin ada ya, emak-emak yang jadi lebih mumet dengan aktivitas belajar dari rumah dan bekerja di rumah, tapi percayalah kerempongan itu tak seberapa jika harus dibandingkan dengan keluarga yang sakit karena membanting tulang di luar. 


Empat, penjaga iman. 🌻 Terakhir namun bukan sebagai pengakhir adalah keluarga sebagai pendukung dan ekosistem terbaik untuk menjaga dan menaikkan iman. Ada istilah "baiti jannati" atau rumahku surgaku yang menjadikan rumah dengan segala isinya sebagai surga dunia. 


Aktivitas ibadah dan kebaikan yang saat lajang dilakukan sendiri, kini dengan berkeluarga dimudahkan dan menjadi lebih menyenangkan karena dilakukan bersama-sama. Hal yang terasa berat akan menjadi lebih membuat semangat jika ada pendukungnya.


Keberadaan keluarga diharapkan untuk menjadi anak pinak dari kebaikan dan ibadah kita


Jika keluarga tidak seindah embun pagi


Namun ada hal-hal yang menjadikan keluarga adalah boomerang dalam kehidupan. Terlebih jika ternyata Allah menjadikan pasangan dan anak-anak sebagai ujian. 


Seperti yang saya sampaikan di awal,


Allah tak pernah salah menempatkan kita di keluarga dunia ini. 


Tips menghangatkan keluarga 


Ini berdasarkan dari yang pernah dibaca, didengar dan dialami ya. Tidak bisa disamakan karena tiap keluarga itu kondisinya unik, memiliki warnanya sendiri. Namun ada benang merah yang bisa ditarik ulur bersama, aamiin. 


Pertama, kuatkan iman. Hal ini menjadi landasan pertama banget dalam membangun keluarga. Bukan sekadar siapnya seorang laki-laki dan perempuan mengayuh biduk bersama, namun menuju dan setelah gerbang akad itu ada samudera luas kehidupan berumah tangga yang luas dan tak terkira dalamnya.


Makanya jika bertemu keluarga besar atau saat reuni dan ditanya kapan siap berumah tangga? Jawab kalem saja, saya siap insyaAllah berumah tangga dna dihalalkan (atau menghalalkan), cariin calonnya, dong! 😃


Kesiapan dan kadar keimanan atau kalau dalam Islam disebut dengan sekufu menjadi salah satu pertimbangan. Bagaimana jika sekufu atau bagaimana jika beda kufu. Kesiapan emosi dan kematangan psikis pun dibutuhkan. Bukan sekadar siap secara biologis saja, tapi insyaAllah jika memang siap secara iman dan sudah memahami apa saja yang dibutuhkan dan disiapkan secara syari, maka saat menikah segala badai yang menghadang bisa dihadapi dengan tenang, segala ujian bisa dilalui dengan senyuman dan berpegangan tangan. 


Termasuk jika Allah memberikan ujian bahwa pasangan tak sesuai harapan, di belakang zaman ini ada kisah Asiyah bersuamikan Firaun yang menantang tuhan. Dari kisah tersebut ada hikmah dan penguat bahwa setiap suami-istri diberikan ujian. Ada pula kisah Nabi Ibrahim dan Kan'an serta istrinya, yang anak dan istrinya tersebut tidak mematuhi sang nabi. 


Kuncinya dari kisah-kisah di atas dan kisah serupa lainnya bahwa tetaplah berjalan pada titian ridho-Nya dan berbuat baik pada keluarga semampunya. Membuka hati itu prerogatif-Nya, hasilnya bagaimana pun jangan sampai berhenti mencintai keluarga. 


Serta yang terpenting ialah berdoa. Allah pasti mendengar dan maha menyaksikan apa saja yang kita alami. Curhatkan segala rasa pada-Nya.  


Doakan orang-orang yang kita sayangi, sebut nama-nama mereka dalam doa kita. 


Tanpa diminta pun sebenarnya Allah telah mempergilirkan kapan saat terbaik kita mendapatkan yang terbaik. Namun lagi-lagi terbaik menurut-Nya, bukan menurut kita. Keimanan dan doa adalah peneguh langkah kita.


Baca juga: Playdata ala Chivily (Keluarga Kami)


Kedua, perbanyak komunikasi efektif. Pelajaran berkomunikasi ini adalah pelajaran seumur hidup, deh. Berkomunikasi romantis dan efektif pada pasangan itu juga memerlukan seni, bicara tanpa menggurui pada anak itu juga memerlukan ilmu, sebab yang kita ajak berkomunikasi adalah hati. Dalamnya hati tak pernah ada yang tahu, tingginya pikiran tak ada yang mengerti.


Pasti ada masa-masa kapan kita merasa intens dengan keluarga. Apakah saat makan malam setelah seharian sibuk dan berjibaku di luar, apakah di antara salat Maghrib dan Isya, apakah saat weekend yang minim gawai, atau malah saat akan tidur dengan mendongeng untuk anak atau pillow talk bersama pasangan. Setiap keluarga pasti memiliki momen terbaik dan terhangat. 


Nah, kalau sejak belajar di Ibu Profesional, seni berkomunikasi ini bisa menggunakan mantra ajaib ala IP, yaitu main bareng-ngobrol bareng-aktivitas bareng. Pasti banyak deh kegiatan yang membuat kita merasa tenang dan hangat dalam keluarga.


Kalau saya, kunci banget saat berkomunikasi ini ialah tanpa gawai! Wajib bangeet kalau di keluarga kami. Sebab jika dengan gawai, rasanya dunia orang yang kita hadapi tidak sepenuhnya untuk kita, diajak ngobrol tapi matanya melihat ke layar gawai itu kan rasanya seperti apa? It's not our dream, kan?


Ketiga, manajemen waktu keluarga. Kelanjutan dari poin kedua di atas adalah kita berusaha untuk menghargai waktu yang melajukan kita dalam perahu keluarga. Momen yang ada tak akan pernah terulang dengan sama persis!


Kita hanya bisa mereka ulang momen, tapi tak bisa memiliki nilai yang sepenuhnya sama. 


Kalau ala saya, momen-momen berharga ini wajib untuk didokumentasikan dan direncanakan. Jika belum terjadi, wajib banget direncanakan bagaimana nantinya, misal momen anniversary, milad anak, dan lainnya. Namun jika kita sedang bersama momen, usahakan untuk bisa direkam kejadiannya.


Keempat, perbanyak ilmu. Seperti halnya dalam Islam bahwa menikah itu menyempurnakan agama, maka seluruh yang ada dalam lingkaran pernikahan itu sebenarnya adalah hal-hal yang membantu kita menyempurnakan agama kita. 


Jika pun Allah memberikan ujian, pastilah karena Dia sudah menakar kita bisa melaluinya. Memperbanyak ilmu adalah cara agar kita makin bijak untuk menyikapi segala hal yang bermuara di keluarga. Jika ujian terbentang luas dalam biduk keluarga, maka seperti sekolah tentu kita wajib banget belajar, yaa untuk bisa lulus ujian. Menuntut ilmu saat sudah berkeluarga itu beda banget rasanya, apalagi ketika pasangan ikut memperhatikan pelajaran kita. Seruu, cobain deh!


Kelima, bersyukur. Setiap keluarga memiliki ciri khas masing-masing. Tak pernah ada kesamaan yang pleeeek sama bahkan pada saudara kembar identik. Jadi apa adanya pada keluarga, insyaAllah itu yang terbaik untuk kita. 


Tak perlu merasa insecure dengan keluarga lain, dengan kesuksesannya, dengan kebahagiaannya, dan hal-hal yang membuat kita mendongak ke atas. Tahu tidak kenapa? Kalau istilah orang Jawa karena semua itu sawang-sinawang saja. Hal yang menurut kita bagus, belum tentu akan cocok untuk kita, hal yang menurut kita bahagia pada keluarga lain, belum tentu jika diterapkan yang sama pada keluarga kita akan terasa bahagia juga.


Sooo,

Mari menemukan kunci kebahagiaan keluarga kita masing-masing. Ada banyaaaak cara yang bisa kita gunakan untuk menjadikan keluarga kita sebagai keluarga terhangat di dunia dan insyaAllah di akhirat. 


Tidak lupa yang mana kunci pintu menuju rumah keluarga Bunda kan? 


 






  






Tidak ada komentar: