Rabu, 23 Agustus 2023

Sahabat Terbaik dari Hutan Buncek 4



Kangen nih dapat surat fisik beneran, dengan harum kertas surat, goresan tangan dari sahabat pena, amplop yang lucu apalagi kalau kreasi sendiri, dan juga perangko yang unik. Itu paduan yang kutunggu saat dulu masih rajin kirim-kirim surat. Kalau Emak paling senang dapat surat apa? Surat cinta dari paksu? Ah itu mah otomatiiiis, engga ada yang bisa membantah hal itu. 

Kali ini mau nulis buat sahabat tersayang di hutan buncek 4, sebenarnyaa sih istilahnya buddy, tapi lagi pengen meng-Indonesia ajaa nih. Bila ingin ikut membaca suratnya, silakaaan. Semoga bisa bermanfaat yaa.

Spesial untuk sahabat tercinta

Dear, Mba Gesty


Menemukanmu di hutan buncek ini bagai anugerah terindah yang pernah menyapaku. Rasanya jauh kalau antar regional, antara pucuk barat pulau Jawa dan pucuk timur utara pulau Jawa, eeeh tetapi qadarullah kita dipertemukan di bumi Depok. Meskipun belum sempat ketemy darat siih ya, tapi masyaallah energi bersamamu ituu membuatku makin semangaat.

Yang Merona

Vi ingin membagikan peta belajar vi untukmyu Mba Gesty, kadang kita tak perlu alasan untuk menyukai sesuatu tetapi baiklaah akan kusampaikan alasan memilih impian kupu-kupu berkalung kamera dan menjinjing keranjang buku. Hal itu tak lepas dari perbincangan dengan diri sendiri saat me time yang berupa melakukan aktivitas domestik (seperti disampaikan di NHW 1). Lagi-lagi dibumbui dengan pengendapan impian serta sedimentasi niat apakah akan tetap menemukan hal yang sama seperti draft impian? 

Pemilihan impian menjadi kupu-kupu berkalung kamera dan menjinjing buku adalah sebagai jalan saat ini (juga semoga nanti) untuk membumikan sedikit hal dan praktik yang pernah kujalani sebelumnya. Sempat mengalami pergolakan batin yang tidak biasa antara memilih askeb atau ilustrasi hingga akhirnya terpilihlah telur menulis buku lanjutan tentang fotografi. Alhamdulillah telah lahir buku tentang fotografi sebagai debut solo perdana yang insyaallah telah menumbuhkan pula ide-ide untuk buku berikutnya, aamiin. Mohon doanya moga barokah yaa, Mbaaa. 😍

Viana Wahyu penaviana


Tipe belajar

Secara bawaan, vi termasuk tipe visual, lebih mudah jika berkaitan dengan mata dan visualisasi. Bahkan dari kecil saat kenal komik terutama Conan, masih terbayang-bayang tuh kronologi kejadian, dialognya, apalagi sketsa wajahnya (mana dulu kan komiknya engga berwarna. beda sama yang serial di televisi). Coba jika dulu buku pelajaran bentuknya komik yaa? Saat bersekolah juga akhirnya suka bikin peta yang semacam mind mapping itu, kadang sambil menggambar di sisi catatan (sayangnyaaa belum ada tuh stiker unyu-unyu kayak anak gadis nih), jadilah coret-coret pakai stabilo berwarna-warni bagai gulali yang kalau kertasnya tidka tebal yaa "mblobor"lah itu bahasa Jawanya. 

Lucunya pas teman-teman sering meminjam catatan mereka sering komen kalau bahasa atau keterangannya tidak pleekkk seperti penjelasan guru, wkwkwk, kan tujuanku untuk mencatat adalah untukku sendiri. Meski demikian tetap saja buku catatan dari sejak SD sampai kuliah suka dipinjam-pinjam, bahkan sampai dipinjam ibu-ibu bidan di rumah sakit saat beliau satu kampus denganku. Selain itu aku adalah tipe yang senang membuat resume. Zaman masih bersekolah dengan seragam merah putih sudah membuat ringkasan-ringkasan dengan gambaran. Sedangkan baru-baru ini (sejak main sosial media yang lebih memfasilitasi dunia visual) senang juga jika bisa membagikannya, berarti termasuk learning by sharing and teaching kan yaaa? Iya aja lah yaa, hihi. Semangaaat belajar untuk bahagia Semangaaat belajar untuk menebar manfaat


Peta Mimpi

Goal besar dari peta belajar vi adalah tentang membuat keajaiban bercerita melalui pena, lensa, dan kanvas. Seru aja sih saat bisa menjadi visual story dengan hasil dari pena yaitu kata-kata, hasilnya lensa yaitu foto, dan hasil dari kanvas yaitu ilustrasi atau desain. 

Maka project kali ini juga berjudul "Magical Story", berharap akan muncul cerita-cerita keajaiban dari proses yang akan dilalui. Sesuai dengan telur merah dan jingga kemarin, pada etape kali ini terlabuhkan pilihan untuk menuju "adventurer of story telling" dengan menggunakan lensa kamera. 

Memotret adalah salah satu passionku yang pernah kutuliskan di blog bahkan di buku tentang fotografi bahwa kamera adalah hadiah pada ulang tahun pertamaku. Bapak adalah seorang yang menyukai kenangan juga, memiliki kamera, dan mempunyai ketertarikan pada dunia kamera, sayangnya ya sampai usia yang dimiliki bapak di dunia, beiau belum sempat belajar kamera dslr atau mirrorless. Sebenarnya sudah ada keinginan untuk belajar padaku, tapi qadarullah belum kesampaian. 

Sedangkan strong why dari peta belajar adalah agar aktivitas atau proses yang vi lakukan bukan sekadar menjadi me time, tetapi juga menjadi family time. Memotret itu semacam piknik. Kalau saat anak-anak masuk sekolah, emak bisa memotret saat mereka di sekolah, khususnya jika pemotretan dilakukan di luar rumah, namun saat di rumah tentu saja saat para penghuni rumah sudah kondusif. Sedangkan menjadi family time bisa dilakukan saat kami bepergian atau memiliki waktu bersama, maka memotret bisa menjadi salah satu agenda yang tak akan kulewatkan sambil mengabadikan momen. 

Alokasi waktu berdasarkan metoda SMART yang menjadi arahan untuk membuat tujuan kupilih 30 menit dalam sehari dan 5 hari dalam seminggu. Memerlukan keajegan agar proses ini bisa lurus sesuai jalurnya meskipun kelihatannya sepele hanya 30 menit. Kadang untuk persiapan dan pasca pemotretan itu sendiri bisa-bisa lebih dari 30 menit. Tetap semangaaaat ya, diriku dan juga sahabatkuuu. 💕


Ramuan Makanan

Bisa dibaca di sini ya hantar-menghantar makanan kemarin  Hadiah untuk teman ulat 😍 salah satunya ada yang darimuu, Mba Gesty, sangaaat menginspirasi.

Tautan Keranjang daun Viana untuk isi keranjang daun-daun yang lezat selama berada di hutan, ada yang dari dalam dan dari luar. 

Salah satu kelemahan vi adalah tentang standar diri alias masih berusaha untuk menurunkan idealisme alias perfeksionis (hiksss). Saking kadang merasa ini kurang, itu kurang jadilah terlalu banyak yang dikerjakan dan mengurangi efisiensi waktu. Jadilaah akhirnyaa di buncek ini belajar cara untuk menurunkan harapan, mengurangi standar kelaikan diri, dan mencoba menerima apa saja yang mungkin itu jalan terbaik untuk terus belajar. Kadang bisa turun standar kayak motor, kadang juga merasa harus banget bisa ideal, hiks.

Mba Gesty boleeh banget kalau mau bantu untuk hal ini yaaa, apalagi hal ini juga berlaku dalam tulisan atau juga karya vi lainnya. Untuk motret saja tuh tidak bisa sekali take saja selesai, mesti sekalian pose ini itu, gaya ini itu, model ini itu, yang kalau ini diterapkan saat sendiri sih bisaa (jika weekday dan anak-anak di sekolah serta paksu kerja), tapiiii akan menjadi beda jika sudah bersama-sama misal makan bareng di luar, naah itu susah bisa ngambil banyak gaya, hihi.

Kadang kita memang cukup hanya menyimpan keinginan dan rasa, sebab tak semuanya bisa diungkapkan dengan suara yang lantang. Berada dalam kesunyian tanpa suara kadang membuat kita lebih banyak belajar kehidupan. (Viana Wahyu)

Vi rasa itu dulu yaa, Mba surat virtual ini. Semangaaat ya untuk kita bersama. Terus gandengaaan sampai nanti kita bisa melewati tahap berikutnya dan mengepak bersama. Makasiiih banyaak untuk semuanyaaa. Allahu yubarik fiik. 🌷








Tidak ada komentar: