Dolly, Sebuah Keterpaksaan
Bismillah
Sebuah nama
yang tiba-tiba menjadi booming dan muncul ke permukaan, meski ia bukanlah nama
yang baru, dan hanya dikenal atau sengaja dikenal oleh kalangan tertentu saja.
Bukan familiar sebagai nama Indonesia, apalagi nama Jawa di tanah arek-arek
Suroboyo. Bagi warga yang mengusung nilai ketimuran, akan mengubur rapat-rapat
dan jangan sampai terpeleset menyebut nama yang menjadi perputaran uang lewat
bisnis yang menjual manusia, yang sebagian besarnya adalah perempuan. Nama yang
berada di sebuah gang di pelosok daerah Surabaya yang gaungnya tersohor hingga
ke wilayah Asia Tenggara. Dan aku ingin, hanya aku saja yang menyebut nama itu,
saat ini, cukup lewat tulisan ini. Jangan ke suamiku, anakku, pun turunannya
kelak. Dan se-siapa pun dariku, dan juga dari semua manusia yang memanusiakan
manusia.
Dolly !
Satu demi
satu terlucuti fakta mengenaskan di dalamnya, seperti halnya terlepasnya satu
demi satu rasa malu manusia-manusia yang masuk ke dalam pusaran Dolly.
Prostitusi. Perdagangan manusia dan lebih tepatnya lagi jual beli rasa malu
pada hal-hal yang dilarang-Nya.
Terpaksa Memilih Jalan Perlawanan Hati
Terpaksa Memilih Jalan Perlawanan Hati
Menuliskan
poin ini, membuatku kembali menggelar ingatan pada novel “Existere” karya
senior di dunia pena, mbak Sinta Yudisia, yang sayangnya semasa aku di
Surabaya, belum sempat bertemu beliau. Dalam novel bersampul hijau tosca dengan
sketsa wajah perempuan yang mengisahkan dunia kelam di Dolly, dari ragam sudut
pandang tokohnya yang semuanya adalah perempuan, antara sang pelaku atau kini
disebut dengan wanita harapan lengkap dengan liku-liku di
sekelilingnya—keluarga yang menjadi ‘korban’ sang wanita harapan—dan seorang
bidadari dunia yang suaminya terjebak oleh salah satu perempuan dari lembah
Dolly.
Hiks...terpaksa
sebenarnya membaca novel tersebut, sebab aku tak begitu suka dengan genre yang
“menantang” meski aku sendiri kadang terlintas ide-ide menulis yang tak biasa,
dan karena aku mendapatkannya dari tangan seorang perempuan kinasih, mbakyu dan
juga senior dunia pena juga, mbakyu Shabrina Ws yang memberikan novel
“Existere” itu untukku. Bagian tentang resensi novel ini in sya Allah akan
tertulis menyusul.
Dan kembali
pada “terpaksa memilih jalan perlawanan hati” ini maksudnya ialah bahwa dari
berbagai alasan menjadi perempuan harapan di sana seringkali dengan alasan
ekonomi, yang menjadi dalih kebanyakan. Meski yakin sekali bahwa sebelum
memutuskan terjun ke dunia hitam itu pun hatinya akan ada penolakan. Tahu tapi
tak bisa berlalu. Mengerti rugi tapi tak bisa menghindari.
Jika memang dosa itu telah raib dari hati, serangan AIDS itulah momok terbesarnya. Dan sampai poin ini pun ada saja yang berusaha melanggengkan perdagangan rasa malu itu dengan menebar jala-jala bertopeng k*nd*m. Selalu, akan terus ada jaring-jaring yang mengeruk keuntungan dari keruhnya air.
Paksa Untuk
Sebuah Kebaikan
Jika untuk
menjadi atau jika memilih perjuangan hidup dengan menapakkan tilas pada jalur
kemaksiatan memakai istilah “terpaksa”. Terpaksa untuk menyambung hidup,
terpaksa untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, dan alasan terpaksa yang lain. Maka
seharusnya bisa memaksa diri untuk memilih jalur kebaikan. Jalan kebenaran.
Meski memang kebaikan itu seringnya harus menemukan jalan terpaksa. Tapi
terpaksa dan memaksa diri untuk memilih kebaikan kenapa tidak ? Dan harus dipaksa.. !
Pun jika
langkah bijak dengan segala balutan ketegasan dan kelembutan seorang ibu dari
sosok pemberani Walikota Surabaya, yang akrab disapa Bu Risma, dianggap sebagai
sebuah pemaksaan, dan memang benar, itu adalah sebuah tindakan pemaksaan.
Memaksa insan-insan yang berkecimpung terang-terangan atau samar-samar di Dolly
untuk bertaubat dan kembali ke jalan fitrah. Adakah setiap jiwa yang lahir ke
dunia ingin hidupnya dalam bayang-bayang kegelapan atau berada dalam kegelapan
?
Andaikata
dosa tak bisa terlihat oleh hati, semoga berbagai akibat buruk yang
menyertainya sebagai pengingat hati yang berkarat. Adanya penyebaran virus AIDS, ragam penyakit mengerikan, adanya perzinahan yang merugikan keluarga, menghancurkan keluarga dan
juga menghancurkan negara, juga manusia seluruhnya.
Mungkin
fiksi, bisa jadi hanya imajinasi, tapi tak bisa dipungkiri ada dalam realita
tanpa embel-embel sensasi, bahwa korban dari zina itu bisa jadi adalah keluarga
dari pelaku atau suatu ketika ada keluarga pelaku yang dizinahi. Naudzubillahi
min dzalik.
Suatu hari
ada seorang pemuda mendatangi Rasulullah saw, “Wahai Rasulullah, izinkan aku
berzina!” Orang-orang bergegas mendatanginya dan menghardiknya. Kemudian
Rasulullah saw berkata, “mendekatlah.” Pemuda itu mendekat dan duduk. Lalu
Rasulullah berkata, “Relakah engkau jika ibumu dizinahi orang lain?” “Tidak,
demi Allah, wahai Rasul.” Jawab sang pemuda. Begitu disebutkan Rasulullah
hingga seluruh urutan mahram si pemuda. Hingga akhirnya sang pemuda sadar
karena Rasulullah dan hidayah-Nya.[1]
Kalaupun ada
yang berkedok bahwa Dolly, dan dolly-dolly yang lain di muka bumi, adalah
sumber pemasukan keluarga, pemasukan daerah, dll, tak lain
hanyalah panah-panah api yang ditiupkan oleh iblis saat merayu Nabi Adam dan
Hawa.
Bukankah itu manis, bukankah itu indah. Selalu, rayuan adalah manis di luarnya, dalamnya tak akan pernah ada yang bisa menerka selain Sang Pencipta hati, yang seringkali manis di luar tapi pahit di dalam, apalagi rayuan dari iblis yang terusir dari surga dan hanya ingin mengajak manusia ke jahanam.
Bukankah itu manis, bukankah itu indah. Selalu, rayuan adalah manis di luarnya, dalamnya tak akan pernah ada yang bisa menerka selain Sang Pencipta hati, yang seringkali manis di luar tapi pahit di dalam, apalagi rayuan dari iblis yang terusir dari surga dan hanya ingin mengajak manusia ke jahanam.
Dan jika
setelah markas besar jual beli rasa malu dan harga diri itu ditutup di
Dolly, maka bisa jadi akan tetap ada benih-benih yang tertinggal atau
mengendap, mengingat torehan sejarah trafficking di dalamnya yang terkenal dan
terbesar se-Asia Tenggara pasti akar yang menghunjam sudah sedemikian kekar.
Bisa jadi akan tumbuh Dolly yang lain, atau perjuangan menutup Dolly masih terus akan bergulir. Karena memang era penjualan manusia, dan seringnya penjualan
perempuan, usianya sepanjang usia peradaban manusia, meskipun agama dan hukum serta HAM dijunjung untuk berusaha mengenyahkannya.
Selama nafsu
duniawi masih merajai manusia yang ditiupkan oleh iblis-iblis dengan balutan
yang manis dan menipu, maka selama itu pula ‘perang’ terhadap bisnis pemuas nafsu
laknat akan selalu ada. Kebaikan dan keburukan akan selalu beriringan, seiring
nafsu yang diberikan Allah pada manusia. Hanya saja, lebih besar mana nafsu
untuk berbuat kebaikan atau kebatilan. Kita masing-masing yang memilih jalan di
antara keduanya dengan kemampuan yang kita mampu, dengan tangan, lisan atau
diam (hati).
Menjadi pedang bukan berarti selalu menantang
pun menjadi sesumbar untuk menjadi pemenang
sebab pengayun bilah ketajamannya bukan selalu garang
tapi juga sosok lembut yang berhati bintang
Jika kelembutan tak mampu mengasah kekarutan yang terentang
Maka sudah saatnya pedang itu berkata seiring genderang
Pun hati-hati baja itu sebenarnya tak jua sekokoh karang
yang tak akan mungkin tiada terbelah jika hidayah datang
mungkin jalanmu masih remang-remang
dan jadi boneka dalam bayang-bayang
Tapi sosok pemilik pedang yang bertandang
masih menautkan asa melihatmu meraup selendang
menutupkan aurat dan tunduk sembahyang
pada pemilik jagad yang tiada pernah tumbang
Viana Wahyu
Kota Idaman, 22 Sya’ban 1435 H : 08.50
sumber :
[1] Inspiried
by Al Hadits. Dikeluarkan oleh
Imam Ahmad Juz V hal. 256- 257, At-Thabrani Juz VIII hal. 190, 215. Al-Albani
menshhahihkannya dalam kitab Silsilah ash-Shahihah no. 370.)
http://www.merdeka.com/peristiwa/sejarah-gang-dolly-sampai-terbesar-di-asia-tenggara.html
http://www.jawaban.com/index.php/news/detail/id/91/news/140618181034/limit/0/4-Fakta-Dibalik-Kontroversi-Penutupan-Dolly.html
http://kampus.okezone.com/read/2014/05/30/373/991933/berikan-dampak-negatif-pada-anak-dolly-harus-ditutup
http://www.merdeka.com/peristiwa/sejarah-gang-dolly-sampai-terbesar-di-asia-tenggara.html
http://www.jawaban.com/index.php/news/detail/id/91/news/140618181034/limit/0/4-Fakta-Dibalik-Kontroversi-Penutupan-Dolly.html
http://kampus.okezone.com/read/2014/05/30/373/991933/berikan-dampak-negatif-pada-anak-dolly-harus-ditutup
Posting Komentar untuk "Dolly, Sebuah Keterpaksaan"