Jerebu
Sebagai emak kepompong yang meskipun di dalam hutan kupu-kupu ceritanya terbungkus di dalam selubung di dahan pohon, tetapi di dunia nyata teteeep mengantar anak-anak ke sekolah dan berkegiatan di luar. Namun, di tengah kabar bahwa kota kami semakin memburuk nih kondisi udaranya, dan sedihnya hal ini berpengaruh juga ke kesehatan yang akhirnyaa membuat beberapa anak-anak teman sakit ispa.
Waktu tadi mengantar anak-anak kok yaaa sempat-sempatnya orang yang dibonceng di depan kami itu mengembuskan asap yang tidak baik. Pagi-pagi lagiiii, di tengah hiruk pikuknya orang-orang yang bekerja dan ke sekolah (serta mengantar anak saudara-saudara), pasti kan riuh sekalii tuh, alhamdulillah sih knalpot sekarang sudah tidak berasap mengepuuul kayak dulu (eh tapi itu sebenarnya emisi atau sisa pembakarannya ke mana yaaa?). Sampai-sampai karena keadaan kemarau ditambah beberapa wilayah sedihnya mengalami kekeringan juga, di grup RT ada himbauan agar warga tidak membakar sampah, menghemat penggunaan air, mengurangi aktivitas yang bisa mengganggu kenyamanan warga lain terutama di saluran pernapasan.
Hutan kupu-kupu gimanaaa ya? Duh masih belum bisa ngintip nih si emak kepompong. Teriring doa untuk saudara kami yang berada di dalam hutan yang mengepul, semoga Allah segera menurunkan hujan untuk kita ya, aamiin. Jadi kepo nih kondisi hutan kupu-kupu, mariiii mengintip lewat suara hati penerawangan kita di sini.
Belajar hari ini masih tentang memotret kreatif dan masih akan menjadi kegiatan yang sama higga 24 hari ke depan, semangaaat!!
Kisah manusia kadang tak serupa dongeng klasik yang selalu dramatik tapi selalu berending apik, sebab dunia manusia itu sendiri sering kali penuh dengan rasa iri yang menghambat untuk menjadi mandiri karena selalu melihat capaian orang lain tanpa sempat memperbarui diri. Namun, adaaa sih laku yang juga bisa seperti dongeng itu juga, terasa tidak pernah terngiang-ngiang, tetapi tiba-tiba menjadi kenyataan yang bukan bayang-bayang.
Beberapa hari ini udara pagi memang tidak sesegar biasanya, sangat berharap segera turun hujan yang menjadi penetral segala perbuatan manusia yang merusak alam. Beberapa pohon pun juga meranggas, kadang sempat menemui dedaunan yang berguguran seperti di luar negeri, tapiiii entah perasaan ko engga enak gitu ya. Kalau melihat di luar negeri sedang autumn itu mah kayak estetiiik gitu, tetapi kalau di Indonesia rasanya yaaa ada senengnyaa sih cumaan untuk suasana kali ini agak gimanaa gitu.
Buat emak kepompong gapapa daun-daunnya meranggas asalkan dahan pohonnya masih melekat di pohonnya. Lagipula engga bisa merasakan dan mengintip juga ya kalau sedang menjadi kepompong apa yang terjadi di luar sana. Lho, kok emak kepompong bisa tahu? Hihii karena sebelum menjadi kepompong sudah sempat mengamati kejadian-kejadian di hutan, kecualiii yang persitiwa asap tadi yaa. Itu sih feeling emak kepompong.
Cerita asap-asapan, paling seneng juga kalau bisa motretin gini, tetapi memang kalau di dalam rumah itu motretnya juga perlu persiapan. Engga cukup kalau sambil nyiapin segala properti hanya 30 menit, sepertinyaa butuh motret asap-asapan di luar rumah.
Posting Komentar untuk "Jerebu"