Kamis, 07 Maret 2019

Bidan adalah Dinamisasi Serdadu Ibu dan Anak





Bidan adalah Dinamisasi Serdadu Ibu dan Anak
  Oleh : Viana Wahyu


Dinamis dalam kerumitan. Menjadi seorang bidan bukanlah jalan mulus tanpa aral. Keberadaannya sebagai garda terdepan yang berperan aktif menurunkan angka kematian ibu dan bayi adalah sebuah perjuangan yang penuh tanggung jawab. Sebab masih banyak terjadi keruwetan dan permasalahan menyangkut penanganan ibu hamil, yang menjadi awal keberlangsungan sebuah kehidupan baru manusia di negara kita.

Dalam dua dekade MDGs (Milllenium Development Goals) AKI di Indonesia mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup. Masih merupakan angka yang tinggi kalau tidak dikatakan masih gagal dalam penurunan AKI.

Barisan para bidan adalah pelaksana pertama dari program pemerintah untuk menekan AKI melalui program bidan PTT (pegawai tidak tetap) ke seluruh pelosok nusantara; program jaminan kesehatan (JKN) hingga BPJS kesehatan. 




Namun dalam pelaksanaannya program jaminan kesehatan ini masih banyak permasalahan yang timbul dari ketidak pahaman masyarakat, misalnya untuk persalinan normal dan fisiologis yang dilakukan di FKTP ternyata masih banyak masyarakat yang awam dengan langsung mendatangi faskes rujukan; di samping juga permasalahan lain dalam pelayanan kesehatan yang menjadi cakupan jaminan kesehatan.

Dinamis dalam sinergi. Bagaimanapun penanganan AKI yang menjadi momok terberat dalam dunia kebidanan dan kandungan adalah permasalahan yang memerlukan dukungan dari berbagai elemen di masyarakat.

Keberadaan tenaga medis, dalam hal ini para bidan adalah sosok yang paling dekat dengan masyarakat. Tugas pelayanan adalah yang utama dan pertama. Maka dengan menjadi separuh jiwa di masyakarat dan sepenuh jiwa di dunia medis, para bidan di pelayanan memiliki kesempatan lebih besar untuk memberikan edukasi lebih pada masyarakat.

Manajemen pelayanan kebidanan pun tetap bisa tampil luwes dengan mengambil sisi kearifan sosial di masyarakat. Menjadi dekat dengan masyakarat agar perhatian dan kepedulian terhadap penekanan AKI bisa lebih maksimal, di samping juga pelayanan pada sisi kesehatan umum.

Dinamis dalam IPTEK. Peran bidan pendidik pun juga tak boleh diabaikan. Sebagai para akademisi mereka pun juga berperan untuk penekanan AKI yang masih tinggi. Kebanyakan dari kasus AKI adalah disebabkan kasus patologis yang bukan kewenangan bidan. Maka ada baiknya jika mereka pun bisa lebih banyak melakukan sinergi untuk melakukan penelitian yang semakin canggih dan fleksibel untuk kemudahan memajukan pelayanan kebidanan yang paripurna agar deteksi dini kelainan persalinan dan neonatus bisa segera ditangani.

Para bidan akademisi adalah pencetak bidan-bidan yang unggul. Dari mereka-lah terlahir bidan-bidan yang akan menambah banyak jumlah serdadu penolong para ibu dan anak. Sebab sebagiaan besar penolong persalinan adalah para bidan. Perlu sebuah pembaruan dari warisan pemahaman bidan-bidan senior agar lebih fleksibel dan up-to-date di samping perlu upgrade keilmuan dan pemahaman dari bidan agar tidak terkungkung atau kaku dalam penerapan ilmunya.

Dinamis dengan hati. Sesuai dengan konsep Bidan Delima dengan unsur hati, maka bidan adalah pengejawantahan dari pelayanan yang manusiawi, penuh kasih sayang (ibu dan bayi). Para bidan adalah para perempuan yang berdedikasi tinggi untuk Indonesia, aset negara yang juga perlu diperhatikan sejajar dengan praktisi kesehatan lainnya karena tugas mereka berbenturan langsung dengan nyawa. Semoga para bidan di Indonesia semakin berkualitas. Tugas sucimu sebagai penyelamat seluruh wanita di mayapada (Mars IBI).
Refferensi
www.IBI.or.id
http://www.jurnalmedika.com/1125-edisi-no-01-vol-xliii-2017/editorial/2191-angka-kematian-ibu-target-sdgs-dan-jkn

Tidak ada komentar: