Multitasking or Multistressing Mom ?
Kadang kita memiliki banyak pilihan untuk hidup, namun seringkali kita tak punya pilihan untuk memaknai hidup (Viana Wahyu)
Dunia Tanpa Pilihan
Semesta seakan mematri harapan besar pada sebuah kata sederhana,
meski nyatanya kesederhanaan itu berbungkus kerumitan,
yang seringkali hanya bisa dipahami oleh dirinya sendiri,
"ibu"
Oh ibu; mommy; mama; bunda; umi..
Merasa tidak bun, ketika tugas tak seluas waktu yang ada. Bahkan ketika amanah bertubi-tubi datang tanpa mampu ditolak. Mau tidak mau dan bisa tak bisa akhirnya harus mendaratkan diri pada kata aku harus bisa meski belum tentu mau. Akhirnya bertambahlah waktu yang harus dialokasikan untuk menjadi sosok pemeran terbaik dalam segala taskingmu, mom.
Namun ternyata itu ekspektasi belaka,
Label Mom is Master Of Multitasking Mom seringkali akhirnya malah menjadi boomerang kekuatan perempuan.
Emak-emak hanyalah manusia biasa. Meski beberapa task bisa dilakukan dalam satu waktu, mencuci piring plus menggiling baju di mesin cuci, sambil mendengarkan kuliah online, sambil mengawasi anak yang melukis dinding hihi, plus sambil menunggu matangnya masakan, mereka punya lelah dan butuh sesaat untuk merebah.
Meski baja mampu dilunakkannya, tetaplah mereka butuh pundak untuk bersandar (eaaaa). Meski seharian mengorbit menjadi penerang dunia, tetaplah butuh tangan untuk memijit pundaknya. Dan meski tegar mengarungi samudera keegoisan manusia yang hanya mampu menerka dan melontarkan komentar tanpa tahu realitanya, tetap butuh memeluk bumi dalam genangan air mata di ujung doa yang dilangitkannya.
Skenario kehidupan ibu tak semua sama, mereka bukan berkompetisi siapa dahulunya yang lebih awal menikah, siapa lebih dulu punya anak, siapa punya anak banyak, siapa tenar, siapa kaya, karena ruang peran penciptaan para pendamping laki-laki itu berbeda.
Namun lagi-lagi itu hanya manisnya angan,
Tetap saja para perempuan perkasa (jadi ingat sebuah judul puisi yang berada di buku paket SD waktu itu) adalah perempuan dengan keterbatasan. Kadang mereka nyinyir sesamanya hanya karena mendapati situasi yang berbeda dengan yang dialami atau diperolehnya. Dan ocehan receh itu seringkali secara tidak disadari menyusup dan melemahkan pertahanan para pemilik kelembutan itu.
Yang terjadi sesungguhnya ialah dunia ini panggung kompetisi. Pelik memang kendati kita tak ingin ikut berkompetisi, tapi kita tak bisa membatasi tatapan, pandangan dan perhatian orang pada kita. Meski sungguh, kita tak menginginkannya.
Begitulah umumnya kehadiran perempuan sebagai warna dunia, bisa memberikan warna dengan segala potensinya, namun seringkali tak ada banyak pilihan untuk menjadi pencelup rona dunia. Yang ada akhirnya kita hanya berusaha menjalankan peran-peran keibuan tapi kita stres 😭
Perbedaan antara multitasking dan multisressing ialah pada kebahagiaan. Dengan multitasking maka semua tugas bisa terselesaikan dan kita bahagia. Sedang dengan multistressing kita akan suntuk, ruwet dan tentu tak bahagia, huhu.
Perbedaan antara multitasking dan multisressing ialah pada kebahagiaan. Dengan multitasking maka semua tugas bisa terselesaikan dan kita bahagia. Sedang dengan multistressing kita akan suntuk, ruwet dan tentu tak bahagia, huhu.
Terlalu banyak stressor dan task yang mesti kita selesaikan,
Padahal kita bisa memilih bahagia, mak !
Padahal kita bisa memilih bahagia, mak !
Bahagia dan membahagiakan. Agar kita tak menambah panjang deretan multistressing mom hikss..
Lembar Pilihan Terbaik
"Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah." (HR Muslim dari Abdullah ibnu Umar)
Ada sebuah tempat yang bisa perempuan pilih untuk kembali maupun hanya sebagai rehat sejenak. Ruang rasa yang tak pernah membuatnya kecewa. Ruang harap yang tak hendak membuatnya pilu meratap. Ruang asa yang bisa mendamaikan putus asa menjadi super energi baru yang luar biasa.
Masya Allah..ternyata Allah sudah menyiapkan segala pilihan keindahan dan kenikmatan dalam Islam. Ruang yang menjadi penguat jiwa dan raga perempuan. Di sinilah Allah meletakkan kemulian dengan segenap pilihan menjadi perempuan shaliha.
Keshalihan adalah energi para perempuan tercinta penghulu keimanan dan pengawal perjuangan yang membuat mereka berbinar sepanjang masa. Mewangi dalam jejak kata lintas generasi.
Maka, bila dunia ini adalah panggung kompetisi maka perempuan shaliha-lah yang menjadi pemenang sesungguhnya. Jagat raya boleh mengacuhkannya, meminggirkannya, tapi keshalihan itu in sya Allah akan mengangkat derajat mereka di bumi dengan cara-Nya. Kapan pun Ia kehendaki waktunya.
Kita mungkin tak punya banyak pilihan untuk memiliki dunia, tapi semesta tak sesempit yang kita pikirkan. Bermula dari singgasana teragung di rumah kita, mulailah untuk menjadi yang berarti dan shaliha dalam jejak pengabdian kita pada suami, anak-anak, orang tua-mertua, keluarga besar dan sekitar rumah kita.
Kehidupan dunia ini hanya sementara, tak usah gusar dan silau dengan rejeki orang lain karena kita memiliki jalan masing-masing. Yakinlah yang kita miliki adalah yang terbaik yang diberikan-Nya.
Kalaupun masih ada nyinyiran, kicauan sumbang, celoteh receh yang tidak pada tempatnya, biarkan saja. Teruslah berlalu dalam kafilah keshalihan. Siapa insoirator kelas dunia yang tak pernah dicela ? Bahkan bisa jadi apa yang kita rasakan tidak ada apa-apanya dengan celaan para pesohor dunia yang menginspirasi kebaikan.
Bahkan ketika dunia hanya bernyanyi sumbang untuk kita, ingatlah ada suami dan anak serta keluarga juga sahabat yang selalu tersenyum dan menguatkan kita. Dan ada Allah yang selalu hadir dan bersama kita.
Pilihan Ibu Bahagia
1. Bergembiralah, mak !
Kesampingkan rasa tentang kompetisi. Kita tak sedang berkompetisi yang melelahkan antar emak, tapi kita sama-sama melangkah dalam kompetensi. Kondisi dan spare part pengayun langkah kita bisa jadi berbeda dengan emak lainnya, tapi dengan menjadi bergembira kita bisa kreatif untuk menyeimbangkannya. Dan kita bisa bahagia karenanya.
2. Buat short cut pemintas beban
Misal kita punya target menyelesaikan project yanr luar biasa, bikinlah menjadi pintasan-pintasan kecil untuk memenuhinya. Tidak sekaligus dan tidak menundanya. Belajar manajemen waktu dan berdisiplin, ya..
3. Turunkan standar.
Kita bukanlah perempuan sempurna, suami kita bukanlah laki-laki sempurna. Juga anak-anak kita. Tapi dengan menjadi bersama dalam keluarga itulah kesempurnaan hidup itu terlahir. Pun dengan rumah, biarlah rumah berantakan karena anak-anak bereksplorasi kreativitasnya. "Menjadi perfectmom tak akan membuat hidup kita perfect" karena tak ada kehidupan yang benar-benar sempurna.
4. Make a reward
Inilah bagian membahagiakannya, hadiah ! Coba untuk mengapresiasi diri sendiri lebih dulu. Bisa dikatakan me time, ya. Ah siapa yang tak suka me time ini ? Yuk luangkan waktu mak, kalau perlu bikin reminder atau alarm untuk me time ini. Bahkan hanya untuk membuat status di sosmed pun bisa bikin bahagia, kan ? Atau apa saja yang membuatmu bahagia ya, mak.
Semangaat... !
Yuk memilih bahagia dan membahagiakan dalam keshalihan 💐💐💐
Salam,
Viana Wahyu
Tulisan ini untuk OWOW bertemakan pilihan
Kelas Minat Menulis IP Depok
Salam,
Viana Wahyu
Tulisan ini untuk OWOW bertemakan pilihan
Kelas Minat Menulis IP Depok
Posting Komentar untuk "Multitasking or Multistressing Mom ? "