Menakar Kadar Bahagia ala Kami (Sebuah Refleksi Tantangan Zona Bunsay 7)
Ada yang bisa menginfokan detektor pengukur kebahagiaan tervalid? Atau seberapakah kadar bahagia kita?
Kalau mau berselancar sih, bakal menemukan tulisan-tulisan yang berdasarkan penelitian para ahli bahwa kebahagiaan bisa diukur. Ada gross national happiness (tapi saya kurang jelas tentang hal ini) dan hal-hal lainnya didasarkan pada apa yang tertera di laman sosmed.
Misal platform X meletakkan standar kebahagiaan pada kata-kata status atau caption, platform Y mendasarkan pada penggunaan emoji atau komentar positif, dan platform Z menjadikan foto-foto senyuman sebagai indikator kebahagiaan.
Tapi, kalau buat saya, laman sosmed apalagia dunia daring itu kan semu. Apa yang tampak tidak selalu sama dengan realita. Ada framing, ada setting dan pastinya mood pengunggah.
Soooo, kadar bahagia itu seperti apa?
Proyek Bahagia atau Bahagia yang Diproyekkan?
Kuncinya adalah emak happy, hihi. Menjalani proyek bahagia itu sendiri semestinya adalah ranah untuk meminang happiness.
Seperti saat kemarin ada proyek bahagia yang "harus" dikerjakan karena menjadi tantangan di zona terakhir alias zona 7 kelas Bunda Sayang Ibu Profesional batch 7. Sebenarnya sih dari awal tahu rulesnya tantangan yang mewajibkan ada sesi live, saya sudah mau mundur saja.
Sebab laman sosmed saya memang dirancang khusus (wkwkwk) maksudnya memang masih hanya menjadi sharing little part of my and my family's life. Apalagi siaran langsung dari proyek bahagia yang sesuai dengan konten tim.
Tim saya terdiri dari keluarga saya. Daaaan karena proyek bahagia versi kami adalah "mudik bahagia" maka yang masuk ke live itu juga bagian dari mudik. Ngepas banget live di hari ke-8 justru ketika paksu sedang full karena ada kerjaan.
Ditambah kondisi fisik paksu yang tidak bisa ditebak, hari ini sehat, besok qadarullah dikasih ujian badannya. Serta kami mudik kali ini juga karena mengunjungi eyang-eyangnya Zizam yang sakit, eyang kakung dari bapaknya paksu dan eyang buyut dari saya.
Jadi waktu terbaik bagi kami adalah: "saat ini".
Kami tidak pernah tahu akan ada apa besok, akan mendapat ujian seperti apa nanti. Jadi meskipun untuk live bisa dilaksanakan antara hari ke-8 hingga hari ke-12 namun saya memilih untuk live saat hari ke-8 saja.
Awalnya karena di hari ke-8 posisi kami adalah di Surabaya, saya berencana mengajak anak-anak mengunjungi salah satu tempat di sana. Paksu yang harus tetap bekerja tak bisa mendampingi, namun beliau mengizinkan jika kami berangkat.
Tapii ketika semua siap, malah cuaca yang tidak mendukung. Turunlah hujan deras di saat kami akan berangkat. Karena belum tahu lokasinya akan seperti apa dan mengantisipasi anak-anak agar tidak kehujanan yang mengundang potensi sakit, saya pun membatalkan acara pergi-pergi bertiga.
Mungkin memang yang terbaik adalah menunggu paksu datang. A full team.
Siaran langsungnya= dinner
Dalam pembicaraan di gawai, paksu menawarkan untuk mengajak kami keliling Surabaya saat malam. Yang terbayang di benak saya, boleh juga nih apalagi di Surabaya kini tuh tambah baguus, seperti kota yang berdandan di malam hari.
Tata kota yang kian rapi dan banyak tumbuhan (lebih segar kalau jalan siang hari), ada kursi-kursi dan bola batu besar di trotoar kayak di jalanan Bandung dan suminar! Dalam bahasa Jawa, suminar artinya bersinar. Banyak lampu besar dan kecil, aneka bentuk yang menghiasi kota.
Membayangkan bakal nge-live seperti streamingnya vlogger kalau kunjugan wisata.
Akhirnyaa kami pesan makan dulu di hotel untuk saya dan anak-anak sebagai persiapan jalan, karena paksu memberitahukan akan datang dua jam lagi.
Ternyataa paksu datang cepat. Tepat di saat anak bujang selesai memesan menu makan melalui telepon kamar.
Dan paksu bilang, "Ayo, kita live dinner saja. Boleh kan, Bun?"
Tuinggg, tuingggg.
"Dinner di hotel, Yah?"
"Yup."
"Baiklah, Yah. Kita bikin konsep dinnernya adalah self service, jadi nanti kayak kalau kita makan di rumah, anak-anak dan kita ikut menyiapkan makanan dan menatanya di meja."
Paksu mengangkat kedua jempolnya. "Let's go kids. Kita dinner."
(Kerempongan) Proses Live-nya?
Senang ga? Hihi yang pasti kalau saya, malu sebenarnya. Mungkin sudah lazim sih, ya ada streaming untuk membuat konten di sosmed lalu membuat video jalannya konten.
Tapi yang membuat saya mengenyampingkan rasa malu karena melihat anak-anak dan paksu yang bersemangat. Mengambil makanan ini, itu, minuman ini, itu dari tempatnya di meja prasmanan menuju meja kami.
Para crew hotel tak usah diceritakan bagaimana, mereka semua melihat kami, wkwkwk. Juga beberapa tamu hotel yang dinner juga.
Alhamdulillah tertolong dengan muka yang tertutup masker, Saaay!
Hmm begitulah sesi live-nya, pemirsa yang budiman. Digunakan hanya untuk memenuhi tantangan di zona kali ini, hihi.
Rona-rona Bunsay 7
Badge good= post 8 hari ada rapelan, kenyataannya ketika mengerjakan 12 hari pun dengan satu rapelan, terhitungnya tetap badge good. Jadi sebaiknya definis badge good ini adalah untuk rapelan saja, tak perlu diberi batasan maksimal 8 hari.
Badge excellent= post 8 hari tanpa rapelan.
Badge outstanding performance= mengerjakan tugas 12 hari tanpa rapel.
Kenyataannya dengan adanya badge good itu bagi saya seperti mematahkan hari-hari setoran, karena ujungnya adalah mau post 8 hari atau full 12 hari kalau ada rapelan ya bukan jadi over good tapi tetap dihitung 8 hari.
Akhirnya banyak teman yang begini, "mending ngerjain mepet waktu aja deh, di hari ke-8 dan merapel semua." Sedang yang full 12 hari dan ada satu hari dia terlewat perolehannya dianggap sama 8 badge.
Yah, semoga nanti di batch selanjutnya badge-badge ini lebih fair deh.
Oyaaa satu lagi, ada ketentuan yang membolehkan cuti, tapi tidak bisa di dua zona berurutan. Ada teman saya di regional yang kaget begitu tahu namanya dicoret dan sudah tidak menjadi peserta saat mengetahui tantangan terakhir. Hiks, kasihan. Sangat berharap ada pertimbangan ulang untuk semua mahasiswa, semacam kesempatan kedua tanpa harus mengulang tahun depan.
Kalau boleh saran sih, ya, sebaiknya nanti dari tim akademik regional menginfokan pada peserta Bunsay semacam keterangan atau pemberian surat cuti. Daring aja. Agar menjadi warning juga untuk mahasiswi agar mereka tahu perjalanannya di perkuliahan. Tidak di-DO sepihak tanpa pemberitahuan dan pemberian kesempatan jika selesai satu kali cuti.
Final Kebahagiaan
Mari menghitung total bahagia kita di proyek ini. Meskipun saya zonk saat mengejar target di zona ini, karena kondisi mudik yang berpindah-pindah kota, dari mengunjungi ibu, ke rumah buyut, menengok bapak mertua dan ke Surabaya, tibalah juga masa saya merasa capeeek sekali. Dan ketiduran dong ketika mengerjakan tantangan, karena baru longgar mengerjakan malam.
Siangnya di perjalanan, karena banyak lewat tol dan lajunya termasuk lumayan kencang, plus saya sendiri tidak mungkin membiarkan paksu menyetir sendirian tanpa ditemani dalam bernavigasi atau menjadi broadcaster dadakan, jadi selama di jalan, bye-bye gawai.
Akhirnya berdamai dengan rapelan. Sebenarnya tuh ya, dari awal di zona satu kemarin sempat menulis jika badge di batch ini tuh kurang gimanaaa gitu, deh indikator kelulusannya.
Kata senior-senior, bunsay kali ini lebih pendek hari tantangannya dan lebih mudah. Tapi kalau menurut saya plus minus juga tergantung batchnya.
Termasuk kadar dan jumlah total kebahagiaan saya dan tim di zona ini. Jumlahnya dan apa hal yang membuat bahagia itu relatif. Apa yang membuat kami bahagia belum tentu bagi orang lain adalah sebuah kebahagiaan. Apalagi jika bahagia hanya bertenggerkan pada sebuah badge dan seberapa banyak refleksi.
Bahagia itu tergantung seberapa kadar syukur.
Terima kasih my happiest team, alhamdulillah untuk segala supportnya. Apa pun yang terjadi dan kita alami, insyaAllah kita mempunyai jalan kebahagiaan kita sendiri, tak ada sistem tercanggih yang bisa menakar bahagia kita, karena ini masalah hati.
Tak ada yang pasti mengetahui isi hati kecuali sang pemilik hati dan kita masing-masing, dan tak ada justifikasi yang bisa membatasi kebahagiaan kita jika kita bahagia menjalaninya.
Salut dan terima kasih juga civitas akademika Bunsay IIP, semoga makin menemukan cara merangkul kebahagiaan yang banyak warna di samudera kehidupan para emak. Good luck.
Posting Komentar untuk "Menakar Kadar Bahagia ala Kami (Sebuah Refleksi Tantangan Zona Bunsay 7)"