Minggu, 03 September 2023

Perjalanan Malam Emak Kepompong

 


Akhir pekan banyak kejutan, suka ngalamin gitu juga engga, Mak? Baru kali ini nih kegiatan weekend tertulis sejak kemarin, ternyata kalau dituangkan gini terasa banget banyak perubahan rencana ini itu. Namun, alhamdulillah kalau di luar waktu kerja dan sekolah gini ada senangnya karena bisa berkumpul bersama keluarga. 

Kalau kata orang Jawa, yang penting bisa berkumpul itu sudah bisa mengalahkan walau mungkin engga makan. Yaa tapi kalau ngumpulnya sama anak-anak hmmm teteup harus ada makanan siih, dan inilah perjalanan emak kepompong hari ini. 

Hikmah hari ini

Perasaan hari ini campur-campur sih, mau enggak mau ngaruh juga ke belajarnya kepompong. Heuu kalau pupa yang sebenarnya tuh kan bisa menepiii cantik gitu yaa menekuri keadaan dunia, tetapi ya namanya di dunia realita ada banyaaaak sekali kejadian.

Hal yang termasuk besar hari ini adalah teman suami tiba-tiba masuk ke ICU, tetapi kondisi suami yang baru datang dari dinas luar tidak bisa langsung bisa berangkat menengok apalagi kami berbeda kota. Ternyataaa suami engga langsung nyadar kalau temannya di ICU, beliau mikirnya di IGD. Aduuuh masyaallah akang teh kumaha.

Rencana mau jalan ngajakin anak-anak pun tidak jadi terealisasi karena kondisi ayahnya yang kurang fit. Selain itu karena kondisi Kota Depok yang dikatakan sedang buruk udaranya. Dibandingkan Kota Jakarta malahan. Sempat lho berpikir setelah emak kepompong ngantar anak-anak tuh pengeeen gitu bisa jalan berdua bersama bapaknya anak-anak menikmati suasana salah satu setu kota ini. Atau juga ada wacana bahwa karena Jakarta sedang tidak baik udaranya maka beberapa pegawai akan wfh. 

Emak kepompong seneng dong masyaallah dengan wacana tersebut, malahan di sekolah anak-anak kemarin turun lagi himbauan untuk memakai masker kembali. Entahlah emak kepompong seneng aja kalau banyak waktu bersama keluarga tuuh selain memang belajar mengambil hikmah pasti akan selalu ada pelajaran dari setiap peristiwa yang terjadi.

Termasuk pelajaran hari ini yang mengajarkan tentang hikmah dari peristiwa yang dialami teman kami. Beliau adalah teman kantor suami, dan vi pun mengenal istrinya. Beliau berdua adalah orang Medan dan wah kekeluargaan di antara keluarga besar mereka itu sangat dekat. Syukurlah banyak yang ikut membantu baik dari marga mereka atau pun dari kantor.

Sayangnya kondisi yang berada di ICU itu tidak boleh ditengok. Iyaa dong, sudah menjadi SOP dari rumah sakit di mana pun kalau di ICU itu terbatas dan sangaaat-sangat dibatasi yang bisa masuk, selain nakes tentunya ya. Yang menjadi agak susah adalah ketika dari pihak keluarga mengharapkan bisa berkomunikasi, sedangkan yang sakit tidak boleh bertemu muka dengan siapa pun selain istrinya.

Lucunya di sini, vi sempat menyarankan pada suami dan sudah sempat dilakukan untuk menulis surat pada temannya tersebut. Eh tetapiii susaah sih bagi suami untuk melakukan eh memberikan ke temannya tersebut. Kalau pikiran vi kan biar temannya yang sakit itu tahu ada dukungan dari suami. Ya sudahlah, yang penting mana saja yang bahagia buatmu, Kangmas, hihii.

Selain itu vi juga belajar dan kembali mengingat episode ketika suami juga pernah sakit, masyaallah. Kita memang sering dihadapkan pada pilihan-pilihan besar dalam hidup ini. Kehadiran suami atau istri dengan ujiannya juga adalah ujian kita, dan menjadi penyemangat agar pasangan kita bisa melewati ujian bersama kita adalah salah satu anugerah terindah dalam perjalanan cinta. 

Oyaaa, mau cerita sedikit lagii tentang suasana rumah sakit yaitu tentang sikap keluarga besar yang menginginkan untuk bertemu dengan teman, tetapi tentu saja SOP di ICU adalah tidak boleh dijenguk. Suami sempat berkomentar perasaan kalau di tivi-tivi gitu bisa ditengok dari kaca begitu deh, kok ini tidak bisa ya. 

Atau juga ada komentar dari keluarga yang mengatakan bahwa psikis pasien mah bisa lebih menurun jika tidak bisa bertemu keluarga. Memang kondisi teman masih dikategorikan sebagai pasien yang masih bisa melakukan kegiatan sendiri (semoga semakin membaik ya) jika dibandingkan dengan pasien lain yang kondisinya lebih beragam dan membutuhkan bantuan.

Sebenarnya vi juga termasuk nakes yang pernah berada di rumah sakit, pernah merasakan kondisi sebagai pasien atau keluarga pasien. Namun memang ada hal-hal yang kita harus berusaha untuk mematuhi dan memahami kebijakan di rumah sakit bersangkutan. Hal ini termasuk sulit dilakukan oleh teman suami mengingat beliau di kantornya termasuk penanggung jawab yang melaksanakan SOP kantor atau malah membuat SOP, sedangkan kondisinya saat ini sebagai pasien harus tunduk pada SOP rumah sakit yang susah dinego.

Halnya dengan penggunaan ponsel bagi pasien di ruang ICU sebenarnya juga tidak boleh dengan alasan umum agar pasien bisa beristirahat dan terlebih agar tidak mengganggu ketenangan. Namun dari pihak luar menginginkan agar ponsel bisa dibawa masuk serta agar pasien bisa melakukan panggilan video agar bisa berkomunikasi dengan keluarga. Hmmm semoga nanti dari pihak rumah sakit bisa mengabulkan ya. Teriring doa dari kami semoga lekas sembuuuuuh ya dan bisa kembali bertemu dengan keluarga di rumah dan beraktivitas seperti biasa. Semangaat!


Hari ini vi memahami bahwa kadang memang kehidupan itu tidak menunggu kita. Siap atau tidak siap kita harus memiliki banyak cara untuk bertahan, jika berhasil di siasat pertama maka semoga akan terus berhasil, namun jika memang belum berhasil maka terus mencobanya jika itu memang pilihan, semoga selalu mendapatkan kekuatan tanpa kebosanan. 

Juga memahami bahwa kreativitas itu selalu tanpa batas, padahal kreativitas lahir dari keterbatasan. Memiliki ide tanpa kotak seringkali dapat digunakan sebagai penolong agar bisa berkreasi.

Serta satu pelajaran yang sangat berharga tentang kesehatan. Sakit tidak pernah menunggu apa pun untuk menjadi ujian bagi manusia. Semoga kita selalu memiliki kekuatan dan juga kesehatan agar bisa menjalankan segala peran dengan bahagia.


Petikan T30

Oya tentang pelajaran berkaitan dengan T30 adalah meskipun banyak rencana yang tidak terlaksana pengen memotret di alam, minimaaal alhamdulillah jadi bisa memotret slow speed karena kami melakukan perjalanan sudah senja dan saat balik bumi sudah berselimut malam, tantangannya adalah karena dalam posisi berjalan di jalan raya, dan tidak membawa tripod meskipun sudah mencoba dengan berbagai cara menyiasatinya. 

Secara persiapan tentu sebenarnya harus dimatangkan  juga jika hendak memilih memotret di luar rumah dengan mode slow speed. Yang diperlukan sebenarnya hanya tripod dan juga pengaturna yang pas. Memotret di luar tentu saja lebih praktis dibandingkan dengan jika harus memotret di dalam rumah dengan konsep still life kesukaan. Secara hasil senenggg sih meskipun yaaa nanti ketika hendak keluar rumah harus mempersiapkan tripod kamera juga agar bisa mengatasi kondisi yang memerlukan kestabilan. Beberapa foto lumayanlah untuk memotret tanpa berhenti dan tanpa tripod. Semoga nanti bisa semakin seriiiing diajak jalan-jalan malam, eehhhh, biar bisa memotret euy.



Tidak ada komentar: