Perempuan kesayangan nan mulia itu, membiarkan telapak tangannya yang lembut tergurat-gurat oleh penggilingan gandum. Telapak kakinya mengiringi segala kegiatan kerumah tanggaan yang ia lakukan sendiri tanpa asisten.
Memilih hidup bersama laki-laki yang ia tahu tak berlimpah harta, sama sekali tak jadi masalah baginya. Ketika pengantin baru dengan peraduan yang terbuat dari kulit biri-biri, berbantalkan sabut tamar, dan keseharian dengan perut yang tak pernah kenyang, tetap membuatnya cinta pada sang suami. Bahkan mahar dari suaminya, ia hadiahkan kembali pada lelaki kesayangannya itu.
Namun, tetaplah ia memiliki hati sebagai perempuan biasa. Hingga suatu ketika, akumulasi keletihan pada tubuhnya mengantarkan langkah kakinya menuju sang ayah!
Apa yang terjadi?