Sukses terhebat dalam hidupmu adalah ketika kamu mampu menyatukan
keinginanmu dan keinginan-keinginan istrimu (Dr. Mustafa As-Siba’i)
Saat
mendengar kata poligami entah kenapa selalu mengingatkan saya pada sebuah
permainan yang beda sedikit dengan poligami, yakni monopoli. Hehe meski tentu
saja artinya beda jauh namun di sana ada persamaan, yaitu adanya seseorang yang
mendominasi karena kekuatannya, kehebatannya dan kemampuannya. Perbedaannya tentu
saja poligami dilakukan oleh laki-laki (kalau pelakunya perempuan maka
poliandri), sedang monopoli bisa dilakukan oleh laki-laki atau perempuan,
bahkan anak-anak. Ini murni pendapat saya :)
Bagi
saya, monogami itu sebuah pertanggung jawaban yang luar biasa atas sebuah rasa
cinta yang hakiki. Kadang kita boleh menilai pasangan kita banyak kekurangan
yang mengakibatkan kita melegalkan kata poligami atas dasar kekurangan pasangan
(dalam hal ini istri). Kalau saya menilai ketika kita memilih poligami dengan
menghadirkan madu dalam biduk rumah tangga yang awalnya merupakan perjanjian
dengan saksi Allah antara satu suami dan satu istri, kebanyakan akan malah
menimbulkan luka pada istri bahkan tak jarang berujung pada perceraian. Kalaupun
toh ada kekurangan istri maka kelebihan pada suaminya lah yang menjadi penutup
kekurangan itu.