Minggu, 27 Januari 2008

KaLo CermiN bisa NgoMOnG

Ini bukanlah tandingan liriknya lagu kang Doel Sumbang yang berkisah ttg “kalau bulan bisa ngomong”..Namun hanya bersitan ide yang terlintas saat mengamati cermin yang merupakan benda terfavorit kayaknya bagi makhluk yang bernama manusia.

Seandainya cermin itu bisa bicara pasti ia akan ngomong “ bosan melihat orang-orang yang selama ini menghadap dirinya”. Pun jika cermin-cermin yang ada selama ini bisa berkata seperti cerminnya Ratu dalam dongeng Snow White pasti ia tak akan bohong untuk mengatakan jelek, manis, tampan, cantik. Yah, itu hanya andai-andai saja…

Kenyataannya cermin tak pernah mengeluh dengan banyaknya orang yang mematut diri padanya. Ia tak pernah menolak siapapun yang datang untuk membetulkan penampilannya. Dan ia selalu jujur untuk mengatakan yang sebenarnya. Buktinya tak pernah ada bayangan yang beda dari benda aslinya to ? Semua tampak simetris walau letaknya jadi berlawanan, yang kanan jadi kiri yang kiri jadi kanan (hal ini berlaku bagi cermin datar..)

Begitulah cermin menangkap realita. Dengan keterbatasannya yang tak bisa bicara ia menyuarakan kebenaran dan kejujuran. Sedang kita ? Semoga bukan orang yang tak berani menghadapi realita…”Buruk muka cermin dibelah” Mukanya yang jelek tapi cermin yang disalahkan bahkan dihancurkannya…Nasib..nasib…..

Hero City, 240108 : 02.01 am

Sabtu, 26 Januari 2008

SaJak KeriNDuan


payung asa tak mampu menampik

guyuran hujan petang ini

tak jua berhenti air yang membuat

genangan rasa ini,

membuatku bungkam dalam senandung

kerinduanku pada rumahku nan jauh di sana..


andai asa bisa jadi busur pelangi

yang bisa menyambung jarak kerinduanku

kan kutembus guyuran air yang berubah jadi

es sekalipun..


aku ingin pulang...


"Hero City, catatan 150108 saat diguyur hujan...saat ingat memori rumah kebanjiran.."

Senin, 14 Januari 2008

"pena"


lebih tajam dari pedang
lebih cepat dari kilatan cahaya
lebih lembut dari sutera
lebih halus dari bisikan angin di senyapnya malam
lebih luas menembus mayapada daripada satelit
lebih tangguh daripada kokohnya karang
lebih indah dari mentari yang baru merekah
bermakna yang dalam jika ditulis sepenuh hati
menggetarkan hati
menentramkan sukma
yang merayu rindu saat membaca ayat-ayat cintaNya

Robbi...
ajari aku mengeja setiap cintaMu
dalam penggalan episode-episode jiwaku
yang merayap dari waktu ke waktu
mencoba membuka tabir rahasia kasihMu
hingga KAU ijinkan aku
menapaki rumah suciMu

Robbi...
ajari aku memaknai titian kasihMu
dan menangkapnya lewat pena kecilku
yang masih perlu tuntunanMu
untuk menjadi salah satu pemujaMu
yang bisa dibanggakan bersama kekasih pilihanMu

Soerabaia, dalam senandung gerimis senja.."surabaya juga bisa banjir lho.."

Minggu, 13 Januari 2008

Catwalk-nya Indonesia

Jreng !!
Lampu merah menyala...

Bagaikan peragawan para pedagang asongan, tukang koran, bahkan pengemis ikut menyemarakkan catwalk kota yang selalu mengepul dengan asap kendaraaan bermotor. Mereka menggasak barisan mobil dan motor yang tak pernah rapi. Pengemis beraksi dengan berbagai cara untuk mendapatkan keping emas. Pedagang bermandi peluh menjajakan dagangannya dg actionnya masing2. Bahkan pengamen itu tak jarang menampilkan mimik garang walau lagunya sentimentil... Ah, catwalk paling nyata yang sering kutemui yang tak akan kudapatkan di jalanan luar negeri yang sudah maju.

Indonesia...dari sejak aku SD kenal pelajaran IPS, sampe sekarang ganti2 presiden tetap saja masih sebagai negara berkembang...berkembang...berkembang...dan belum ganti menjadi negara maju (ah, mimpi kali ye )

Indonesia pun salah satu nominator papan atas dalam catwalk dunia untuk nominasi negara terkorup, negara termiskin, negara terbodoh, negara rentan bencana.... Wah, pokoknya ada 1001 nominasi yang bisa didapat oleh Indonesia. Bahkan dalam sebuah karikatur digambarkan Indonesia sebagai salah satu tempat yang terpilih untuk ajang "fear factor"...keren !!

Yah, begitulah potret catwalk di Indonesia....

Kereta Proletar



"dik, jemput mbak di Stasiun Gubeng ya.."

Bersama kuda besi aku menuju stasiun. Aku berhenti di tempat para penjemput di dekat tukang2 becak. Satu demi satu wajah2 lelah keluar dari stasiun yang hanya jadi tempat singgahnya pengangkut orang-orang itu. Wajah2 lelah dan sumringah bersama bawaan yang tak sedikit adalah gambaran dari orang2 yang tiba dari ular besi yang sering jatuh dari rel itu.

Akhirnya mbak yang kutunggu datang juga. "naik kereta apa tadi mbak?" ia menjawab "biasalah dik, kereta rakyat...hampir ga dapat duduk tadi.."

Kereta rakyat..tapi aku dan teman2 ku biasa menyebutnya kereta proletar. kereta yang benar2 gambaran masyarakat Indonesia. Ular besi yang menelan manusia hingga ke stasiun tujuannya, ular besi yang mungkin besinya sudah tua hingga sering terdengar berita ada kereta jatuh, ular besi yang kotor, pengap, sempit...Yah, kecuali jika ular besi itu "high class"

Dalam kereta proletar itu berbagai tipe manusia masuk. dan, hal yang sering membuatku tak nyaman adalah kehadiran pedagang yang tak pernah berhenti, pengemis yang aneh2, pengamen yang suaranya serak...

Aku fikir bagaimana orang2 itu bisa naik "strata" jika mereka mengamen, berdagang, meminta juga pada orang2 yang tak "high class"? Ya sama saja...ekonomi dari rakyat miskin untuk rakyat miskin...Ya, tapi akupun juga tak punya solusi buat mereka...Sebab jumlah mereka yang sudah bejibun di negeri paling kaya no 1 dari belakang ini...kalopun mereka pindah sasaran misal ngamen ke orang2 yang lebih kaya mungkin bisa lebih dapat penghasilan gedhe....(atau malah ndak dikasih saking pelitnya ya..? )

Yah, walau ndeso tapi orang2 desa itu solidaritasnya sangat tinggi..! Dan jika ditanya lebih bahagia mana orang kaya dengan orang desa ? maka orang desa akan lebih bahagia dibanding orang kota.

So, jika demikian memang tepat kenapa Indonesia ga pernah maju2....

Sabtu, 12 Januari 2008

Hijabnya Copot !!

"dek, ga boleh..!"

Lalu sang ikhwit alias gadis berjilbab yang masih kecil itu tersenyum kecil dan segera berlari menghampiri ibunya.

Hmm aku hanya tersenyum saat berada di lokasi kejadian itu. Saat itu ada kajian, lagi sesi tilawah. Yang tilawah adalah adalah adik2 TPA..Bareng2...Ikhwan2 kecil tilawah. Nah, saat semua pada khusyuk mendengarkan bacaan yang masih agak cedal itu tiba2 hijab hijau tua di masjid kecil itu tersingkap !!

Buru-buru bapak2 yang berada di dekat hijab segera menutup hijab yang membuka seperempat kain yang membatasi ikhwan-akhwat itu.

Aku masih tersenyum melihat kejadian itu. Fikiran "childish"ku pun berkata..jika aku masih kecil mungkin aku akan melakukan hal yang asma dg si adek kecil tadi atau bisa lebih parah lagi.."Ni ngapain sih, jemur kain kok di tengah masjid.." hehehe...
Kenangan Ramadhan di masjid kecil di Kota Pahlawan, 160907 : 09.33

sebuah pilihan epilog

cengkeraman itu tak lagi kuat
taring itu tak lagi menggigit

tergeletak...
terbaring...
terkulai...

berdebar menanti ketokan palu
atau lemparan pedang pembunuh
atau bunga berkabung penuh maaf

maaf..??

entahlah,
sebab cengkeraman itu masih menorehkan bekas
sebab taring itu masih membentuk seringai bersama mulut berlumur darah

sedang maaf ?
ia masih membumbung tinggi di cakrawala angan

Hero City, "masihkah ada maaf untuk seorang yg berlagak pahlawan?"

"Kisah Rusuk"

Satu tulang rusuk menjadi bagian jiwaku
tulang bengkok yang dipilihNya untukku
bengkok jika diabaikan waktu
patah jika dipukul bertalu-talu

satu tulang itu ditambahkan untukku
agar aku lebih menghamba padaMu
agar aku lebih menyayang kekasihMu
dalam janji setia bertabur rindu
abadi hingga ke jannahMu

Luv U...
atas bertambahnya tulang rusukku


Hero City, 120108 "saat hati merayu rindu"

Jumat, 11 Januari 2008

sketsa kota mati

mentari masih sungkan
menyembul dari selimut bumi
kaki-kaki tanpa alas telah giat berjalan
memikul isi perut bumi
untuk isi perut anak-anak yang lapar
meringis dengan tatapan nanar

saat mentari tak lagi malu-malu
pedati masih berkeliaran di jalan kota ini
becak masih setia memenuhi emperan toko yang pemiliknya orang nonpribumi
bus beradu sambil mengepulkan emisi
sesekali sumpah serapah sopirnya menghiasi siang yang tak ramah ini
sedang pohon-pohon nan asri
berganti menjadi kavling iklan dan pabrik komisi

saat mentari kembali ke peraduan sunyi
di ujung langitNya yang sepi
manusia tanpa alas kaki
kembali menemui buah hati
memberi sesuap nasi
yang telah kelaparan setengah hari
berharap ada rizqi di esok hari
untuk kembali berangkat saat mentari masih sembunyi

sedang manusia berdasi
penat melepas otak yang dipenuhi
nafsu duniawi
dengan tarian para dewi-dewi
yang tunduk saat komisi
diselipkan ke sandang yang mini

sedang manusia yang takut Illahi
merayu sukma, bergelut rindu di hati
di rumah suci nan jauh dari polusi
di sudut kota yang kian mati ini
mati dari hati nurani

saat mentari nampak esok hari
apa yang akan terjadi?

"Saat Air tak Lagi Tenang"


putih bening menjadi cokelat berarus...

diam berubah ganas...

semua kau libas tanpa ampun...

sebab hanya satu tujuan...

mengalir...

dan terus mengalir...


kau tertawa

saat manusia menggigil di atap kepasrahan

saat manusia tumbul tenggelam dalam kuasamu

saat ajal menjemput nyawa


kau tertawa saat manusia menangis...

"biar, salah sendiri kau buat aku seperti ini.."


kini lara yang tertinggal

pahit yang tersisa

namun asa manusia masihlah ada

untuk membuatmu tak menangis

namun tertawa...

dan tertawa bersama manusia


bukannya tertawa saat mereka menangis...

dan tertawa saat kau menangis...